Pelaku Penusukan di Menara Eiffel Punya Gangguan Jiwa, Tak Lagi Minum Obat

4 Desember 2023 17:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi Prancis berpatroli di alun-alun Trocadero dekat Menara Eiffel setelah penikaman yang terjadi pada Sabtu (2/11/2023) malam. Foto: Christophe Ena/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Prancis berpatroli di alun-alun Trocadero dekat Menara Eiffel setelah penikaman yang terjadi pada Sabtu (2/11/2023) malam. Foto: Christophe Ena/AP Photo
ADVERTISEMENT
Pelaku penusukan di dekat Menara Eiffel yang menewaskan turis asal Jerman, Armand Rajabpour-Miyandoab (26), ternyata telah mengidap gangguan jiwa dan tidak lagi meminum obatnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, pemuda kelahiran Prancis dan keturunan Iran ini seharusnya menjalani pengobatan karena memiliki gangguan jiwa yang 'akut'.
Dikutip dari AFP, hal itu disampaikan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin kepada media lokal BFM TV. "Jelas ada suatu kegagalan, bukan dari sudut pandang pemantauannya oleh badan intelijen, tetapi kegagalan psikiatri," kata Darmanin.
"Para dokter mengatakan dalam beberapa kesempatan bahwa dia sudah lebih baik, lebih normal dan bisa bebas," tambahnya.
Lebih lanjut, Armand telah menikam seorang pria keturunan Jerman-Filipina dengan dua pukulan palu dan empat kali tikaman pada Sabtu (2/11) sekitar pukul 21.00 di dekat Menara Eiffel. Selain itu, Armand pun melukai dua orang lainnya tak jauh dari lokasi pertama.
ADVERTISEMENT
Untungnya, dua korban luka lain tidak menderita luka serius setelah matanya dipukul palu oleh Armand.
Tak lama setelah menjalankan aksinya, Armand berhasil dilumpuhkan polisi dengan cara disetrum. Jaksa penuntut Jean-Francois Ricard pun telah membuka investigasi atas insiden tersebut — mengeluarkan dugaan 'plot terorisme'.
Seorang pria berlari melewati lokasi penikaman pada Sabtu (2/11/2023) malam di Paris, Prancis. Foto: Christophe Ena/AP Photo
Ricard pada Minggu (3/11) mengatakan, ibu kandung Armand pada Oktober lalu sebenarnya sempat mengaku khawatir atas perilaku sang anak yang semakin radikal. Namun, dia tidak memiliki cukup bukti untuk mengambil langkah hukum.
Menurut Darmanin, sang ibu juga telah memperingatkan polisi bahwa putranya tidak lagi meminum obat. Badan intelijen pun menawarkan agar Armand dirawat di rumah sakit. Namun, Armand menolak hal itu dan bersikeras kondisinya sudah membaik.
ADVERTISEMENT
Armand pun sempat mendekam di balik jeruji selama empat tahun atas tuduhan 'merencanakan serangan'. Namun, dia dibebaskan pada 2020 dan berada diawasi secara hukum untuk beberapa waktu.
Mengenai penikaman itu, kepada polisi Armand mengaku marah atas begitu banyak warga muslim yang tewas di Afghanistan dan Palestina.
Armand kemudian turut menyalahkan pemerintah Prancis — yang dia klaim terlibat atas genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Polisi memeriksa lokasi penikaman di Paris, Prancis pada Sabtu (2/12/2023). Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
Hal itu, kata Ricard, disebutkan dalam sebuah video yang diposting di platform X milik Armand. "Pada hari Sabtu, sebuah video diposting di media sosial mana tersangka mengkritik pemerintah Prancis dan mendiskusikan apa yang dia gambarkan sebagai pembunuhan muslim yang tak bersalah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Sebuah akun X yang dibuka oleh Armand Rajabpour-Miyandoab pada awal Oktober menunjukkan banyak unggahan tentang Hamas, Gaza atau Palestina secara umum," tambahnya.
Di platform X, Armand memposting sebuah video berbahasa Arab yang menyatakan dirinya terafiliasi dengan ISIS di Afghanistan. Dia bahkan disebut telah mengikrarkan dirinya dengan ISIS.
"Dalam video ini, dia bersumpah setia kepada ISIS dan menyatakan dukungannya kepada para jihadis di Afrika, Irak, Suriah, Sinai, Yaman atau Pakistan," kata Ricard.
Lahir dari keluarga yang tak religius, sambung Ricard, Armand lalu memutuskan masuk Islam di usia 18 tahun dan mulai mengikuti propaganda ISIS dalam jumlah besar. Sejak 2016, dia telah berencana bergabung dengan ISIS cabang Irak atau Suriah.