Pelatihan Diplomasi untuk Menjawab Krisis Kesehatan Global

25 Agustus 2017 19:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatihan INDOHUN (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan INDOHUN (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 30 praktisi muda berlatar belakang ilmu kesehatan mengikuti pelatihan diplomasi kesehatan yang diselenggarakan oleh Indonesia One Health University Network (INDOHUN) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Mereka disiapkan untuk menghadapi krisis kesehatan global terkait resistensi antibiotik.
ADVERTISEMENT
"Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di berbagai tingkat dirasa perlu untuk menekan tren berbahaya ini. Terutama dengan cara meningkatkan usaha kolaborasi antarsektor dalam menangani resistensi antibiotik," kata koordinator INDOHUN, Prof Wiku Adisasmito, di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Jumat (25/8).
Untuk meningkatkan koordinasi antarsektor, INDOHUN menitikberatkan pelatihan kali ini pada peningkatan kemampuan negosiasi dan diplomasi kesehatan. "Dengan pelatihan seperti ini, soft skill perserta berdiplomasi dalam konteks kesehatan dapat meningkat," ujar Wiku.
Pelatihan INDOHUN (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan INDOHUN (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Pelatihan berlangsung mulai 25 sampai 29 Agustus 2017. Selama pelatihan, peserta akan diberikan materi dan berdiskusi terkait urgensi keamanan kesehatan global dan hubungannya dengan resistensi antibiotik. Selain itu, peserta akan dikenalkan pada forum diplomasi global untuk dapat memahami peran kesehatan dan non-kesehatan dalam membentuk ketahanan nasional dan internasional.
ADVERTISEMENT
"Praktik akan ada simulasi pertemuan darurat anggota ASEAN selama 3 hari tersebut," kata Wiku.
Dari pelatihan semacam ini, Wiku dan pengajar lainnya berharap dapat mewujudkan tenaga kesehatan yang percaya diri dan kapabel dalam membangun kerjasama global. "Hingga ke depannya, dapat meningkatkan peran Indonesia dalam konteks kebijakan kesehatan di kancah Internasional," ucap Wiku.