Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kasus pelecehan seksual seakan tak ada habisnya dilakukan oleh sejumlah oknum tak bertanggung jawab di KRL. Adeanti mengalami kejadian tak mengenakkan ini saat sedang dalam perjalanan dari Stasiun Kebayoran-Rawa Buntu pada Selasa (17/12), pukul 19.15 WIB.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Adeanti berada di gerbong 6 yang merupakan gerbong campur. Adeanti saat itu berdiri di dekat kursi prioritas dan kondisi kereta tidak begitu penuh.
"Saat kereta ada dalam perjalanan ke Stasiun Jurangmangu, kebetulan posisi saya berdiri agak mepet dengan perempuan muda yang di sebelah saya (saya sebut Mbak A). Karena saya melihat ada space berdiri yang lebih luas di depan Mbak A, saya kemudian pindah ke depan dia. Begitu saya pindah posisi, yang di samping saya ada seorang laki-laki sekitar umur 50-an," kata Adeanti kepada kumparan, Rabu (18/12).
Adeanti mengatakan, laki-laki yang bernama Redo itu berdiri di sebelah kirinya. Adeanti pun sempat berpindah ke posisi berdiri di sebelah kanan Redo. Sesaat setelah pindah, Adeanti merasa ada yang tidak beres dengan gerak gerik Redo.
ADVERTISEMENT
"Sesaat setelah saya pindah posisi ke sebelah kanan Pak Redo, saya merasa ada yang meraba paha kiri atas saya. Pada saat saya lihat ke arah kaki kiri, ternyata tangan kanan Pak Redo sudah ada dan sedang meraba di paha kiri saya," ungkapnya.
"Begitu saya lihat, gerakan tangannya langsung berhenti dan pelan-pelan dia menarik tangan kanannya kembali ke arah badannya dia. Jujur saat itu saya sangat shock, sehingga yang saya lakukan hanya melihat (memelototi) dia sekitar 10-15 detik," lanjutnya.
Peristiwa itu pun dilihat oleh seorang penumpang yang berdiri tidak jauh dari Adeanti. Kepada Adeanti, penumpang tersebut memintanya untuk pindah berdiri di belakang.
"Mbak A (yang berdiri di belakang saya) berbisik kepada saya dan bilang, 'Mbak, kalau digituin pindah aja berdirinya ke belakang. Makanya kita enggak ada yang berdiri di situ soalnya tadi kita juga digituin'," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mendengar itu, Adeanti langsung memberanikan diri untuk berteriak dan memarahi Redo. Teriakan Adeanti menarik perhatian penumpang lain yang kemudian ikut memarahi Redo. Meski disoraki penumpang, namun Redo tak menunjukkan perlawanan.
Ketika tiba di Stasiun Sudimara, Adeanti meminta Redo untuk turun dari kereta karena telah menganggu keamanan penumpang. Redo pun ikut turun. Namun kemudian, sejumlah penumpang memberitahu kepada Adeanti bahwa Redo tidak turun dan hanya pindah gerbong.
"Begitu kereta tiba di Stasiun Rawa Buntu, saya turun dan mencari Pak Redo. Ternyata benar bahwa dia ada di gerbong 5, yang kebetulan saat itu ada petugas kereta yang berdiri di depan pintu kereta. Saya kemudian meneriaki Pak Redo untuk turun karena takut dia akan 'memakan korban' lainnya di gerbong 5," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Petugas di dalam gerbong kemudian menyerahkan Pak Redo ke petugas Stasiun Rawa Buntu. Kemudian saya, Pak Redo, bersama kepala stasiun dan beberapa petugas masuk ke ruangan KA," lanjutnya.
Saat diinterogasi, Redo menyangkal perbuatannya dan malah menyalahkan balik Adeanti karena berdiri di dekatnya.
"Dia menyalahkan balik saya karena berdiri terlalu dekat dengan dia. Padahal saat itu saya ingat persis, bahkan bahu dia dan bahu saya tidak bersentuhan (jaraknya sekitar 5 cm)," jelasnya.
Redo juga diketahui tidak membawa identitas yang lengkap. Redo tidak membawa KTP, sementara SIM, STNK, dan BPKB juga sudah kedaluwarsa.
Petugas kemudian menyarankan agar kasus ini dibawa ke ranah hukum. Adeanti pun langsung membuat laporan di Polres Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
"Untuk saat ini, setelah di BAP kemarin saya masih menunggu panggilan dari kepolisian setempat. Sementara Pak Redo (menurut keterangan polisi) akan dipulangkan dan menunggu panggilan selanjutnya agar dia datang bersama keluarga dan anak-anaknya," imbuhnya.
Adeanti pun berharap agar ke depannya perempuan berani bersuara ketika mendapatkan pelecehan. Ia berharap dengan dibawanya kasus ini ke kepolisian, pelaku dapat jera.
"Mudah-mudahan dengan adanya peristiwa ini bisa membuat perempuan untuk berani bersuara. Saya pun enggak muluk-muluk mau sampai pengadilan. Tapi saya hanya agar pelaku jera dan keluarganya malu saat dipanggil ke kepolisian," pungkasnya.