Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pelemahan Rupiah dan Citra Negatif Jokowi di Media Sosial
7 September 2018 18:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terus bergerak liar. Rupiah bahkan sempat menembus angka Rp 15 ribu per 1 USD. Publik kini menaruh perhatian besar pada fluktuasi kurs rupiah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejumlah reaksi kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi lalu datang silih berganti. Tak sedikit yang menumpahkan rasa kecewanya itu di media sosial. Mereka menganggap bahwa Jokowi tak mampu menuntaskan masalah tersebut.
Sebagai platform media digital, kumparan berupaya memahami percakapan itu di media sosial. Tak dapat dipungkiri, berdasarkan data Kominfo ada 63 juta orang di Indonesia yang terhubung ke internet. Sebanyak 95 persennya aktif di media sosial. Tentu percakapan di media sosial, apapun itu, menjadi satu hal yang cukup diperhitungkan.
Sejak seminggu terakhir, periode 30 Agustus-6 September, kumparan memantau distribusi wacana pelemahan rupiah di media sosial Twitter. Kami menggunakan tools bernama Astra Maya (Drone Emprit) sebagai lensa untuk melihat sentimen warganet terhadap Jokowi atas terjadinya pelemahan rupiah.
ADVERTISEMENT
Adapun Astra Maya merupakan sebuah sistem untuk memonitor dan menganalisa media online dan media sosial. Astra Maya bertumpu pada teknologi big data dan berbasikan teknologi Artificial Intelligent dan Natural Language Processing (NLP).
Berdasarkan data yang disuguhkan Astra Maya, percakapan yang menandakan rasa kecewa warganet terhadap Jokowi di Twitter mencapai 39 persen. Jumlah itu dihitung melalui setiap unggahan yang mengandung kata kunci ‘Jokowi’ atau ‘Joko Widodo’ atau akun @Jokowi, serta harus bermuatan kata ‘Rupiah’.
Sentimen negatif 39 persen itu terdiri dari 17.497 kicauan warganet di Twitter. Jumlah tersebut merupakan komputasi dari 44.865 kicauan yang menyeruak selama 30 Agustus - 6 September.
Sesuai dengan grafik yang kami sajikan, sentimen negatif terhadap sosok Jokowi mulai meningkat drastis dari tanggal 3 ke 4 September. Dari yang awalnya 681 kicauan pada 3 September, angkanya melonjak hampir tiga kali lipat pada 4 September.
ADVERTISEMENT
Angka itu kemudian terus meningkat tajam hingga mencapai 6.991 kicauan per 6 September. Jumlah itu 10 kali lipat lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kicauan negatif yang terjadi pada 3 September.
Bila ditilik berdasarkan peristiwa yang terjadi, lonjakan jumlah kicauan yang bernada negatif terhadap Jokowi diakibatkan dari nilai rupiah yang tembus sekitar Rp 14.900 per 1 USD pada 4 September, pagi hingga siang hari. Sejumlah ekonom di berbagai media online pun memberikan analisa bahwa Rupiah berpotensi tembus ke angka Rp 15.000.
Seakan mengamini sejumlah analisa itu, Rupiah rupanya benar-benar tembus hingga Rp 15.029 per 1 USD pada pukul 13.30 WIB. Fenomena itulah yang kemudian membuat sejumlah warganet mengungkapkan isi hatinya, hingga muncul 2.282 kicauan bernada negatif terhadap Jokowi.
ADVERTISEMENT
Sejumlah barisan oposisi juga turut mengungkapkan pikirannya pada 4 September. Nama-nama seperti Fadli Zon bahkan mengunggah beberapa kicauan bernada keras terhadap fenomena pelemahan rupiah. Dia tak segan meminta agar Jokowi segera diganti karena dianggap gagal menjaga nilai tukar rupiah.
Pada 6 September, Twitter diramaikan oleh kicauan seorang ekonom Amerika Serikat, Steve Hanke. Kala itu Hanke mengomentari pernyataan Jokowi di Reuters yang menyebut bahwa rupiah melemah bukan karena faktor eksternal.
Sebaliknya, kata Hanke, rupiah justru melemah akibat faktor internal. Dia bahkan menyebut Jokowi omong kosong atas pernyatannya itu. Kicauan Hanke tersebut juga kemudian diamini dan di-retweet Fadli Zon.
Kicauan Hanke itu memiliki daya jangkau yang besar. Dari 6.991 kicauan yang mengandung sentimen negatif terhadap Jokowi per 6 September, kicauan Hanke paling tidak berkontribusi sebanyak 37 persen. Angka 37 persen itu didapat dari kicauannya yang di-retweet sebanyak 2.673 kali.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini