Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Seoul menggelar upacara pemakaman terhadap Wali Kota Park Won-soon pada Senin (13/7).
ADVERTISEMENT
Park meninggal akibat bunuh diri pada pada Kamis (9/7) lalu. Terlepas kontroversi atas penyebab kematiannya, Pemkot Seoul melangsungkan upacara perkabungan selama lima hari untuk Park Won-soon .
Acara tersebut dua hari lebih lama dari ritual normal di Korea yang dimulai pada hari kematian. Pemkot Seoul juga membangun altar peringatan di depan balai kota untuk para pelayat.
Pada hari Senin (13/7), tercatat lebih dari 20 ribu orang memberikan penghormatan terakhir.
Meski dihadiri puluhan ribu orang, petisi online menolak upacara pemakaman mewah terhadap Park telah mengumpulkan 500 ribu tanda tangan.
"Apakah masyarakat harus menyaksikan pemakaman mewah selama lima hari dari politikus berkuasa yang merenggut nyawanya sendiri atas tuduhan pelecehan seksual?" tulis petisi itu.
ADVERTISEMENT
"Pesan apa yang ingin disampaikan?" tambah petisi tersebut.
Dugaan pelecehan seksual Wali Kota Seoul
Sehari sebelum bunuh diri, Park dilaporkan oleh sekretarisnya ke polisi atas dugaan pelecehaan sek sual.
Park dituduh pernah mencoba memeluk sekretarisnya di kantor dan mengirim gambar tak pantas kepada korbannya.
Dugaan tersebut membuat reputasi Park sebagai pengacara dan tokoh pembela hak perempuan serta kesetaraan gender tercoreng.
Disebabkan Park tewas, kasus dugaan perkosaan itu pun resmi ditutup oleh kepolisan Korsel.
Sementara itu, pada Senin (13/7) yang merupakan hari terakhir Park disemayamkan, akan dilangsungkan kremasi terhadap jasad Park.
Acara itu hanya dihadiri 100 orang. Kebijakan itu diambil untuk mencegah penyebaran virus corona.
Setelah dikremasi, abu Park akan dibawa ke kampung halamannya di selatan Provinsi Gyeongsang.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini