Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pembantaian Bocah di Penitipan Anak Thailand Termasuk Terburuk di Sejarah Dunia
7 Oktober 2022 10:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Hingga 23 anak-anak menjadi korban pembantaian massal di sebuah pusat penitipan anak di Kota Uthai Sawan, Thailand , pada Kamis (6/10). Serangan itu mencatat salah satu angka korban tewas anak-anak tertinggi dalam pembantaian sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Keseluruhan korban jiwa mencapai 34 orang, sedangkan korban terluka menyentuh 12 orang. Polisi mengatakan, mayoritas korban anak-anak ditikam pelaku sampai tewas.
Tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang selamat sedang dirawat di rumah sakit. Rentang usia anak-anak di pusat penitipan tersebut berkisar antara dua hingga lima tahun.
"Ini adalah pemandangan yang tidak ingin dilihat siapa pun. Dari langkah pertama ketika saya masuk, rasanya mengerikan," tutur seorang petugas penyelamat, Piyalak Kingkaew, dikutip dari Reuters, Jumat (7/10).
"Kami pernah mengalaminya sebelumnya, tetapi insiden ini paling mengerikan karena mereka masih anak-anak," sambungnya.
Ini merupakan salah satu kasus pembantaian terburuk yang melibatkan korban anak-anak oleh satu pelaku. Kasus-kasus lainnya meliputi Anders Breivik yang membunuh 69 orang–mayoritasnya adalah remaja–di sebuah kamp musim panas di Norwegia pada 2011.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembantaian lain menewaskan 20 anak di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut, Amerika Serikat (AS) pada 2012; 16 anak di Skotlandia pada 1996; dan 19 anak di Texas, AS.
Penyerang dalam kasus di Thailand adalah seorang mantan polisi, Panya Khamrapm. Sebelum melakukan aksinya, Panya menghadiri pengadilan atas tuduhan narkoba. Ketika berniat menjemput anaknya dari tempat penitipan, Panya tidak dapat menemukan sang anak.
"Dia mulai menembak, menebas, membunuh anak-anak," jelas juru bicara polisi, Paisal Luesomboon.
Panya kemudian kembali ke rumah untuk menembak mati istri dan anaknya. Dia lalu menembak dirinya sendiri. Kepolisian belum mengungkap motif pembantaian tersebut. Tetapi, ibu pelaku mengatakan bahwa dia mungkin tertekan karena dijerat utang pula.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak tahu [mengapa dia melakukan ini], tetapi dia berada di bawah banyak tekanan," terang ibu Panya.
Gambar-gambar dari lokasi kejadian menunjukkan jasad anak-anak kecil yang diletakkan di atas selimut. Kotak-kotak minuman jus pun terbengkalai berserakan di lantai. Sekitar 30 anak sedang berada di tempat penitipan itu sebelum kedatangan Panya.
"Dia menuju ke arah saya dan saya memohon belas kasihan kepadanya, saya tidak tahu harus berbuat apa," ujar seorang wanita yang ada di tempat penitipan anak tersebut saat kejadian.
"Dia tidak mengatakan apa-apa, dia menembak pintu ketika anak-anak sedang tidur," ungkap seorang wanita lain.