Pembatasan Kegiatan di Jerman Terus Berlaku Sampai Lebih Banyak Warga Divaksin
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (13/7), Kanselir Angela Merkel menegaskan, sebelum Jerman bisa mencabut kebijakan pembatasan, harus lebih banyak lagi jumlah warga yang menerima vaksinasi.
“Pertanyaan utamanya adalah, berapa banyak orang yang akan mau divaksinasi,” ujar Merkel, seperti dikutip dari Reuters.
“Jika lebih banyak orang yang divaksinasi, maka kita akan bisa kembali lebih bebas,” lanjutnya.
Merkel mengatakan bahwa Pemerintahannya menghindari kemungkinan untuk memberlakukan kembali menerapkan lockdown per Agustus mendatang.
Tetapi, ia akan terus menekankan peraturan jarak sosial dan sejumlah kebijakan lainnya yang dapat mencegah penyebaran COVID-19.
Senada dengan Merkel, Menteri Perekonomian Jerman, Peter Altmaier mengatakan pembatasan kegiatan yang ketat masih perlu diberlakukan demi menghindari lockdown ke depannya, yang bisa berpengaruh pada perekonomian negara.
ADVERTISEMENT
Beredarnya kabar soal Prancis akan mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk divaksinasi juga memicu perdebatan di kalangan pejabat Jerman soal apakah mereka juga harus menerapkan kebijakan yang sama atau tidak.
Tetapi, Merkel menegaskan bahwa Jerman tak akan memberlakukan wajib vaksin . Alasannya, memaksa warga untuk divaksinasi dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pada program vaksinasi nasional.
Saat ini, sekitar 58% dari total populasi Jerman telah divaksinasi setidaknya satu dosis. Sementara, vaksinasi dosis penuh baru mencakup sekitar 42% dari total penduduk, atau sekitar 35,4 juta orang.
Jerman melaporkan penambahan kasus harian pada Selasa (13/7) sebanyak 646 infeksi.
Peningkatan kejadian COVID-19 mingguan juga mengalami peningkatan, dari yang semula 4,9 kasus per 100 ribu orang, kini menjadi 6,4 kasus per 100 ribu.
ADVERTISEMENT
Jerman Sebut Pelonggaran Lockdown Inggris Terlalu Berisiko
Peringatan dari Merkel ini menyusul kabar Inggris akan segera mencabut lockdown mereka pada 19 Juli mendatang. Artinya, Inggris tak akan lagi mewajibkan penggunaan masker, dan aturan jarak sosial juga akan lebih dilonggarkan.
Pelonggaran lockdown ketat Inggris di tengah-tengah kasus COVID-19 yang tengah melonjak ini mengkhawatirkan sejumlah pejabat Jerman.
Kepala Dewan Etik Jerman, Alena Buyx, mendeskripsikan keputusan Inggris sebagai “eksperimen yang sangat berisiko tinggi.”
Progress vaksinasi Inggris memang jauh lebih di depan dibandingkan negara-negara lainnya di dunia.
Hingga kini, hampir 2/3 dari total populasi orang dewasa Inggris telah divaksinasi dua dosis. Tetapi, penyebaran varian Delta yang sangat cepat masih terus menyebabkan kenaikan kasus harian.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Jerman, tetapi menteri-menteri di kabinet pemerintahan Inggris sendiri juga mengecam keputusan “Hari Kebebasan” tersebut.
Dikhawatirkan, lonjakan kasus akan semakin buruk dengan tidak adanya pembatasan kegiatan, dan penambahan kasus harian bisa mencapai 100 ribu infeksi.