Pemerintah Kota Amsterdam Jaga Ketat Institusi Islam

27 Januari 2019 4:04 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan 'I amsterdam' di Depan Museum Rijksmuseum, Belanda (Foto: Flickr / Lars Welin)
zoom-in-whitePerbesar
Tulisan 'I amsterdam' di Depan Museum Rijksmuseum, Belanda (Foto: Flickr / Lars Welin)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Amsterdam akan menjaga ketat institusi-institusi Islam karena peluang serangan “dinilai sangat nyata”. Hal itu dikatakan oleh Wali Kota Amsterdam Femke Halsema dalam suratnya kepada Dewan Kotapraja (DPRD) mengenai tindakan penanggulangan radikalisme seperti dikutip kumparan Den Haag dari NRC, Sabtu (26/1).
ADVERTISEMENT
Belum jelas institusi-institusi Islam mana saja yang dimaksud oleh wali kota dari partai Groenlinks (kiri hijau, sosialis pro lingkungan) tersebut. Dia menyebut sejumlah kebijakan keamanan tambahan, yang diperlukan sebagaimana sebelumnya kebijakan serupa juga diambil untuk melindungi institusi-institusi Yahudi.
Pada 2014 Pemerintah Kota Amsterdam pernah menempatkan sebanyak 15 pos pengamanan dengan mengamankan 31 institusi milik umat Yahudi. Pos-pos pengamanan tersebut selanjutnya mulai Juli 2017 diganti dengan kamera.
Sejak 2011 jumlah insiden terhadap masjid-masjid di ibukota Kerajaan Belanda itu terus meningkat, seperti terungkap dari laporan Monitor Moslim Discriminatie pada Universiteit van Amsterdam (2017).
Pada Januari tahun lalu sebuah boneka yang dipenggal kepalanya diletakkan di sebuah masjid di Amsterdam Utara dengan secarik kertas berisi teks, “Islam tak terlepas dari pemenggalan kepala nan brutal.”
ADVERTISEMENT
Oleh karena peluang serangan dinilai nyata, maka Pemerintah Kota Amsterdam mengambil kebijakan tambahan, antara lain di kawasan Nieuwendijk, Kalverstraat dan Heiligeweg dilakukan penyesuaian-penyesuaian sedemikian rupa untuk mencegah serangan dengan mobil.
Di samping itu pemerintah Kota Amsterdam juga akan menambah tim radikalisasi. Menurut Wali Kota Halsema untuk semua kebijakan tersebut diperlukan biaya tahunan tambahan senilai 1,8 juta euro atau sekitar Rp 29 miliar mulai tahun 2020.
Lebih lanjut Wali Kota Halsema dalam laporannya menulis bahwa ancaman teroristis terbesar masih tetap berkarakter jihadis. Namun beberapa waktu belakangan, dinas keamanan juga melihat ancaman besar dari lingkaran ekstrem kanan.
Selain itu wali kota juga mengingatkan mengenai peningkatan ketegangan antara kelompok-kelompok ekstrim kanan dan ekstrem kiri yang sewaktu-waktu dapat meletus menjadi kekerasan.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Halsema juga menyinggung serangan pria Afghan (19 tahun) dengan izin tinggal Jerman, yang menusuk dua warga Amerika di Centraal Station pada musim panas tahun lalu.
“Reaksi warga cukup tenang dan menunjukkan daya tahan kota Amsterdam. Tidak ada tanda-tanda bahwa serangan tersebut menimbulkan peningkatan rasa tidak aman,”kata Halsema.