Pemerintah Palestina Kecam Kedatangan Gus Yahya ke Israel

13 Juni 2018 12:54 WIB
Protes rencana pembangunan rumah ilegal Israel (Foto: AP Photo/Nasser Shiyoukhi)
zoom-in-whitePerbesar
Protes rencana pembangunan rumah ilegal Israel (Foto: AP Photo/Nasser Shiyoukhi)
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam kedatangan Gus Yahya ke Israel. Hal itu disampaikan melalui keterangan tertulis yang diunggah di website resmi kementerian.
ADVERTISEMENT
"Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengecam partisipasi Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf dalam Forum AJC Global Forum di Yerusalem pada tanggal 10-13 Juni 2018," tulis Kemlu Palestina seperti dikutip dari wesbite resminya, Rabu (13/6)
Dalam keterangannya, Kemlu Palestina menyebut Gus Yahya telah menyakiti hati rakyat Palestina. Sebab, diskusi tersebut diadakan di Yerusalem yang notabene merupakan tanah sengketa.
"Partisipasi Gus Yahya dalam acara ini merupakan pukulan bagi Palestina dan Yerusalem, serta bagi Republik Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia," tambahnya.
Aksi dukung Great Return March Palestina. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi dukung Great Return March Palestina. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Bagi Palestina, Indonesia selama ini dikenal selalu menyatakan penolakan terhadap penjajahan Israel. Oleh karena itu, kedatangan Gus Yahya merupakan preseden buruk yang tak patut untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
" Gus Yahya seharusnya mengunjungi Yerusalem di bawah bendera Negara Palestina," ungkapnya.
Meski demikian, rakyat Palestina dapat memahami bahwa tindakan Gus Yahya dilakukan atas nama pribadi. Untuk itu, hubungan antara Palestina akan selalu menganggap Indonesia sebagai sahabat dan hubungan yang selama ini dijalin akan baik-baik saja.
"Pihak Palestina menganggap partisipasi Gus Yahya dalam kapasitasya sebagai pribadi, itu tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral Palestina-Indonesia," tutupnya.
Gus Yahya berbicara di Israel tentang pemahaman baru atas agama yang seringkali menjadi alasan bagi dilanggengkannya konflik, Minggu (10/6). Menurutnya, agama justru dapat menjadi alat yang menghapus segala konflik tersebut. Caranya dengan berani membuat suatu interpretasi baru terhadap kitab suci.
"Harus ada interpretasi baru atas hubungan antaragama demi menciptakan satu kondisi masyarakat yang harmonis," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Hal yang disampaikan Gus Yahya itu merupakan sebuah diskusi yang dimoderatori Direktur American Jewish Committee (AJC) David Rosen. Meski demikian, sebetulnya Gus Yahya justru diagendakan untuk mengisi kuliah umum pada 13 Juni. Namun dia membatalkannya karena tekanan publik dan memilih untuk berbicara dalam sebuah diskusi berdurasi 14 menit 34 detik tersebut.
Berikut pernyataan lengkap pernyataan Kemlu Palestina yang diterjemahkan kumparan ke dalam bahasa Indonesia:
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengecam partisipasi Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf dalam Forum AJC Global Forum di Yerusalem pada tanggal 10-13 Juni 2018. Terutama dalam kunjungan kehormatannya ke Yerusalem. yang itu diadakan di Benteng Yerusalem. Sebuah kota tua Yerusalem yang peringatan terhadap pendudukannay jatuh pada tengah malam 14 Juni 2018. Tentu itu merupakan pelanggaran hakiki terhadap hukum Internasional dan melawan resolusiPerserikatan Bangsa-Bangsa.
ADVERTISEMENT
Partisipasi Gus Yahya dalam rangkaian acara ini merupakan pukulan bagi Palestina dan Yerusalem,serta bagi Republik Indonesia, sebuah negara Islam terbesar di dunia yang menyelenggarakan KTT OKI Luar Biasa ke-5 tentang Palestina & Al-Quds Al-Sharif pada tahun 2016, dan Konferensi Internasional tentang masalah Yerusalem pada tahun 2015, dan yang selalu membela Yerusalem dan isu-isu Palestina. Partisipasi Gus Yahya juga bertentangan dengan posisi pemerintah Indonesia yang selalu menyatakan penolakan mereka terhadap kebijakan dan pendudukan Israel atas semua orang Palestina dan Wilayah Arab, dan pembentukan negara Palestina dengan ibu kotanya Alquds Alsharif, sesuai dengan Prakarsa Perdamaian Arab dan resolusi yang relevan dari legitimasi Internasional. Pihak Palestina tentu menganggap partisipasi Gus Yahya sebagai pribadi. Hal itu tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral Palestina-Indonesia, dan posisi Palestina dan rakyatnya akan menghargai dan menghormati Republik Indonesia dan rakyatnya yang ramah.
ADVERTISEMENT
Pihak Palestina menganggap peristiwa ini sebagai bagian dari kampanye Israel yang menyesatkan dan ditujukan untuk menampilkan wajah yang beradab dan budaya yang menyerukan perdamaian, konvergensi dan dialog antaragama. Padahal, selama ini Israel dalam beberapa dekade telah menciptakan pelanggaran dan kejahatan terhadap rakyat Arab Palestina dari Muslim dan Kristen, dan kesuciannya di Yerusalem dan seluruh Palestina. Belum lagi desakan Israel, paksaan pendudukan, pada berbagai situasi yang menuntut pengakuan sebagai Negara Yahudi, yang mencerminkan kebijakan rasis dan kolonialis yang diadopsi olehnya, dan yang sepenuhnya bertentangan dengan diskusi perdamaian yang diselenggarakan.
Wilayah kita selalu menjadi sumber kecerdasan dan peradaban, dan belum pernah mengalami kekerasan sektarian dan agama apa pun hingga rakyat Palestina dijajah sedemikian rupa. Gus Yahya seharusnya mengunjungi Yerusalem di bawah bendera Palestina, dan berkoordinasi dengan pihak Palestina dan lembaga-lembaga spiritual Islam dan Kristen, bukannya mengizinkan Israel untuk meneruskan proyek normalisasi di bawah pembicaraan agama dan budaya, dan menerimanya untuk menjadi pembenaran atas pendudukan Israel atas kekudusan Islam dan Kristen.
ADVERTISEMENT