Pemilih Bimbang di Pilgub Jateng Kalahkan Elektabilitas Paslon, Apa Pemicunya?

4 November 2024 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paslon nomor urut 1 Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi bersalaman dengan paslon nomor urut 2 Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen saat mengikuti Debat Publik Pertama Pilgub Jawa Tengah 2024 di Marina Convention Center, Semarang, Jateng, Rabu (30/10). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Paslon nomor urut 1 Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi bersalaman dengan paslon nomor urut 2 Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen saat mengikuti Debat Publik Pertama Pilgub Jawa Tengah 2024 di Marina Convention Center, Semarang, Jateng, Rabu (30/10). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru mereka terkait elektabilitas di Pilgub Jateng 2024 pada Senin (4/11). Ada dua paslon bertarung di Pilgub Jateng yakni nomor urut 1 Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan nomor urut 2 Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.
ADVERTISEMENT
Litbang Kompas membeberkan, elektabilitas Andika-Hendi mencapai 28,8 persen. Sedangkan Luthfi-Gus Yasin sebesar 28,1 persen.
Meski begitu, ada catatan dalam survei ini karena jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters masih sangat besar yakni 43,1 persen. Angka ini mengalahkan elektabilitas kedua paslon.
Survei Litbang Kompas soal Pilgub Jateng. Foto: Litbang Kompas
Litbang Kompas membeberkan analisis mereka mengapa undecided voters di Jateng begitu besar. Mereka akan menjadi faktor kunci dalam Pilgub Jateng 2024 karena melihat tingkat partisipasi pemilih Jateng pada Pilpres 2024 mencapai 83 persen.
Sebelumnya, pada Pilpres 2019, tingkat partisipasi pemilih relatif tinggi dengan angka 80 persen.
"Artinya, jika antusiasme pemilih Jateng dalam mencoblos terjaga tinggi dalam Pilkada nanti, peluang kandidat untuk mendapatkan suara dari ceruk pemilih bimbang masih terbuka lebar," kata Litbang Kompas.
ADVERTISEMENT
Temuan Litbang Kompas, setidaknya ada 9 faktor kunci mengapa undecided voters di Pilgub Jateng 2024 masih sangat tinggi.
Survei Litbang Kompas soal Pilgub Jateng. Foto: Litbang Kompas
Berikut 9 faktor yang menyebabkan pemilih masih bimbang di Pilgub Jateng:
Dari 9 faktor utama itu, alasan terbesar undecided voters karena masih menunggu proses kampanye dan debat Pilgub sebesar 42,9 persen. Kemudian mereka yang tidak tahu mengapa harus memilih angkanya cukup besar mencapai 25,6 persen.
"Tak kurang dari 42,9 persen responden yang belum memilih beralasan masih menunggu proses kampanye dan debat berlangsung. Dapat dibaca, mungkin saja sebenarnya para calon pemilih sudah memiliki pilihan calon gubernur dalam hatinya, tetapi masih menunggu proses politik berjalan untuk menebalkan keyakinan atas pilihan tersebut," jelas Litbang Kompas.
ADVERTISEMENT
"Selanjutnya, terdapat 11,6 persen responden yang menyatakan masih menunggu saran dari pihak yang dipercaya sebagai alasan belum memilih," tambah Litbang Kompas.
Warga melakukan pencoblosan pada Pemilu 2019 di TPS 09 yang berkonsep acara resepsi pernikahan, di Kelurahan Sambiroto, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (17/4). Foto: ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Generasi Baby Boomers 58-76 Tahun Dominasi Undecided Voters

Jika dibedah dari generasi Z, generasi Y muda, generasi Y madya, generasi X dan generasi Baby Boomers, terlihat undecided voters paling besar di kalangan Baby Boomers mencapai 54,6 persen.
Kemudian disusul generasi X sebesar 44,5 persen, generasi Y madya sebesar 44,4 persen, generasi Y muda sebesar 40,7 persen dan generasi Z sebesar 38,3 persen.
"Data di atas menunjukkan, kecenderungan pemilih bimbang membesar pada kelompok responden kelas bawah. Ini mengindikasikan, salah satunya, soal sosialisasi dan kampanye tim pasangan calon yang belum menyentuh masyarakat kelas bawah," kata Litbang Kompas.
"Apalagi akses informasi digital, sebagai salah satu metode kampanye terkini, cenderung terbatas pada masyarakat kelas bawah," tutur Litbang Kompas.
ADVERTISEMENT
Survei Litbang Kompas digelar pada 15-20 Oktober 2024 melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 1.000 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Jawa Tengah.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian + 3,1 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Survei dibiayai sepenuhnya oleh harian Kompas.