Pemilu Israel: Upaya PM Netanyahu Cari Imunitas dari Jerat Korupsi

17 September 2019 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/Amir Cohen
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/Amir Cohen
ADVERTISEMENT
Selasa (17/9) warga Israel berbondong-bondong menuju TPS. Mereka menggunakan hak suaranya untuk memilih anggota parlemen atau Knesset dan Perdana Menteri.
ADVERTISEMENT
Pada 2019, Israel sudah menggelar dua pemilu. Pertama pada April lalu, kemudian dilanjutkan September ini.
Pemilu kali ini dilaksanakan lantaran Partai Likud di bawah kepemimpinan PM Benjamin Netanyahu gagal membentuk koalisi pemerintahan. Kegagalan tersebut membuat Knesset dibubarkan dan pemilu ulang dilaksanakan.
Pemimpin partai Yisrael Beitenu, Avigdor Lieberman, bersama istrinya memberikan suara dalam pemilihan parlemen Israel di sebuah tempat pemungutan suara di pemukiman Israel Nokdim di Tepi Barat yang diduduki Israel, Selasa (17/9/2019). Foto: REUTERS/Ammar Awad
Pada pemilu September ini nasib Netanyahu dipertaruhkan. Apakah dirinya tetap akan berkuasa atau tergeser dari kekuasaan Israel yang sudah dipegang selama 13 tahun?
Bagi Netanyahu, pemilu September 2019 ini adalah ujian besar. Sebab, ia bertarung di tengah tuduhan korupsi terhadapnya.
Merebut kemenangan dari 6,4 juta pemilih pastinya bukan perkara mudah untuk diselesaikan Netanyahu dan Likud.
Menang Pemilu cara Netanyahu lepas dari jerat hukum?
Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz. Foto: AFP/ Jack GUEZ dan GALI TIBBON
Beberapa media baik dari Israel maupun internasional, melihat pemilu 2019 ini adalah kesempatan bagi Netanyahu lepas dari proses hukum yang membelitnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Kejaksaan Agung Israel menjatuhkan dakwaan berlapis terhadap Netanyahu, ia dituduh terlibat penipuan, penyuapan, dan penyalahgunaan kepercayaan.
Atas berbagai dakwaan tersebut, Netanyahu direncanakan disidang pada awal Oktober 2019, selang beberapa hari usai pemilu 2019.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/Amir Cohen/File Photo
Walau sudah pasti disidang, untungnya bagi Netanyahu konstitusi Israel tidak melarang sosok yang tersandung masalah hukum mundur dari pencalonan.
Pencalonan gugur jika pengadilan telah memvonis bersalah dan semua upaya banding ditolak.
Menyadari masalah hukumnya telah menjadi batu sandungan, di hari-hari terakhir sebelum pencoblosan Netanyahu mulai menyusun strategi demi merebut suara kaum nasionalis sayap kanan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/Amir Cohen
Janji kontroversial untuk memperluas aneksasi Israel di wilayah Palestina, termasuk di Lembah Yordan, dilontarkan.
Bukan cuma itu, Netanyahu turut melemparkan komentar bernada rasial jelang pemilu. Ia meminta warga Israel bersatu agar suaranya tidak dirampok komunitas Arab.
ADVERTISEMENT
Di samping pernyataan kontroversial, Netanyahu memamerkan pertumbuhan ekonomi Israel yang menunjukkan angka positif dan kedekatannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Serangan verbal juga dilontarkan Netanyahu terhadap penantangnya, eks Panglima Militer Benny Gantz.
Ia melabeli Gantz sosok lemah dan penganut paham kiri.
Calon Perdana Menteri Israel, Benny Gantz. Foto: REUTERS/Corinna Kern
"Pilihan ada di tangan kalian, apakah akan dipimpin pemerintahan sayap kiri atau pemerintahan kanan yang kuat dan dipimpin oleh saya,"sebut Netanyahu seperti dikutip dari AFP.
Gantz tentunya tidak diam saja mendengar ejekan Netanyahu. Kasus korupsi yang menjerat lawannya selalu dibawa Gantz dalam kampanyenya.
Berulang kali Gantz menegaskan, pemerintahan sayap kanan yang akan dibentuk Netanyahu cuma akal-akalan. Tujuan utama Netanyahu adalah mendapat imunitas agar tidak dibui atas kasus korupsi.
ADVERTISEMENT
Dalam survei terakhir jelang pemilu, Netanyahu boleh sedikit bernafas lega. Hasil survei memperlihatkan ia masih unggul di atas penantangnya.
Tetapi keunggulan tersebut meninggalkan catatan. Pasalnya, jajak pendapat itu memperlihatkan Netanyahu hanya akan unggul tipis dan Partai Likud cuma mendapat 32 kursi dari 120 kursi Knesset yang tersedia.