Pemilu Sela AS di Depan Mata, Trump dan Biden Kembali 'Bertarung'

7 November 2022 10:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan mantan Presiden AS, Donald Trump, kembali ke arena 'pertarungan'. Kali ini kedua rival politik itu kembali mencoba meraih dukungan jelang pemilu sela yang digelar pada (8/11).
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (6/11) kedua sosok prominen di Negeri Paman Sam menggelar kampanye agar mendapat suara mayoritas di Kongres AS.
Biden berbicara di Sarah Lawrence College di Negara Bagian New York. Kampanye itu ditujukan untuk mendukung Gubernur Kathy Hochul. Dia menghadapi tantangan tak terduga dari kandidat Partai Republik yang didukung Trump, Lee Zeldin.
Hochul telah meraih bantuan dari tokoh ternama Partai Demokrat seperti mantan Presiden AS Bill Clinton, Wakil Presiden AS Kamala Harris, dan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Dalam pidatonya, Biden menggambarkan pemilu paruh waktu sebagai momen yang akan menentukan 20 tahun mendatang di AS.
Biden menggarisbawahi, para pemilik suara akan memilih antara dua visi yang berbeda secara fundamental.
Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara dalam rapat umum menjelang pemilihan paruh waktu, di Mesa, Arizona, AS, Minggu (9/10/2022). Foto: Brian Snyder/REUTERS
Sementara itu, pendahulunya melangsungkan kampanye di Kota Miami di Negara Bagian Florida. Selama berbicara lebih dari satu jam, Trump mengecam Partai Demokrat. Dia mengatakan, partai saingannya memimpin negara itu menuju 'komunisme'.
ADVERTISEMENT
"Demokrat ingin mengubah Amerika menjadi Kuba komunis atau Venezuela sosialis," ujar Trump, dikutip dari BBC, Senin (7/11).
"Untuk setiap orang Amerika Hispanik di Florida dan di seluruh negeri, kami menyambut Anda dengan tangan sangat, sangat terbuka dalam partai kami," lanjutnya.
Trump berulang kali mengisyaratkan, dia dapat mencalonkan diri kembali dalam pemilihan presiden AS pada 2024.
Dia lantas meminta para pemilih untuk menantikan kampanyenya di Negara Bagian Ohio untuk kandidat Partai Republik yang mencalonkan diri di Senat AS, JD Vance, pada Senin (7/11).
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden saat berpidato dalam peringatan Hari Kemerdekaan di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Senin (4/7/2022). Foto: Tom Brenner/REUTERS
Dalam hari terakhir kampanye pemilu tersebut, Biden akan turut muncul di kampanye di Negara Bagian Maryland. Wilayah itu biasanya dianggap sebagai kubu Partai Demokrat. Biden juga akan hadir dalam beberapa agenda virtual untuk Partai Demokrat.
ADVERTISEMENT
Ibu Negara AS, Jill Biden, akan bepergian pula ke pinggiran Kota Washington DC. Dia berniat menunjukkan dukungan bagi anggota Kongres AS, Jennifer Wexton.
Gubernur Florida dari Partai Republik, Ron DeSantis, juga akan mengadakan kampanye di Negara Bagian Florida. DeSantis dianggap sebagai calon saingan pilpres bagi Trump pada 2024.
Momentum kampanye baru-baru ini berpihak pada Partai Republik. Pihaknya berusaha merebut kedua kamar Kongres AS dari kendali Partai Demokrat. Jajak pendapat menunjukkan, Partai Republik dapat memenangkan mayoritas di DPR AS, tetapi tidak di Senat AS.
Surat suara dapat dilihat di Gedung Pengadilan Northampton County pada Hari Pemilihan di Easton, Pennsylvania, AS, Selasa (3/11). Foto: RACHEL WISNIEWSKI/REUTERS
Kemenangan mereka atas satu kamar akan menghambat agenda legislatif Biden. Partai Demokrat tengah berjuang mempertahankan kendali di DPR AS dan memperluas mayoritas di Senat AS.
Tetapi, pihaknya bersiap menghadapi kekalahan bahkan di negara bagian tempat mereka biasa mendapati dukungan. Jajak pendapat menemukan, Partai Demokrat kemungkinan akan kehilangan mayoritas mereka di DPR AS.
ADVERTISEMENT
Mayoritas atas Senat AS pun mungkin akan bergantung pada hasil kompetisi ketat di negara-negara bagian seperti Pennsylvania, Georgia, dan Nevada.
Ahli mengatakan, lebih dari 40 juta suara telah diberikan selama periode pemungutan suara awal. Angka ini melampaui jumlah total suara awal pada 2018.