Pemimpin Hamas & Fatah Akan Kembali Bertemu untuk Bahas Rekonsiliasi Palestina

9 Oktober 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina menghadiri rapat umum yang menandai peringatan 57 tahun yayasan gerakan Fatah, di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel 30 Desember 2021. Foto: REUTERS/Mohamad Torokman
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina menghadiri rapat umum yang menandai peringatan 57 tahun yayasan gerakan Fatah, di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel 30 Desember 2021. Foto: REUTERS/Mohamad Torokman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para pemimpin kelompok Hamas dan Fatah — dua kelompok politik utama yang bersaing dalam politik Palestina — akan melakukan pertemuan di Kairo, Mesir, pada Rabu (9/10).
ADVERTISEMENT
Agenda pertemuan itu membahas rencana rekonsiliasi pemerintahan Palestina hingga agresi Israel di Jalur Gaza.
Dikutip dari Reuters, menurut penasihat media kepala politik Hamas, Taher Al-Nono, delegasi Hamas telah tiba di Kairo pada Selasa (8/10). Delegasi tersebut dipimpin oleh kepala negosiator Hamas, Khalil Al-Hayya, dan orang kedua Hamas yang saat ini bermarkas di Qatar.
"Pertemuan tersebut akan membahas agresi Israel di Jalur Gaza, dan tantangan yang dihadapi oleh perjuangan Palestina," kata Nono, seperti dikutip dari Reuters.
Namun kelompok Fatah belum berkomentar mengenai hal ini.
Ini akan menjadi pertemuan pertama kedua faksi sejak mereka mengadakan diskusi di ibu kota China pada Juli lalu.
Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menjamu Mahmoud al-Aloul serta Mussa Abu Marzuk di Wisma Negara Diaoy, Beijing, China, Selasa (23/7/2024). Foto: PEDRO PARDO/AFP

Pertemuan Beijing

Pada pertemuan di Beijing 23 Juli 2024, Hamas dan Fatah bersama 12 faksi lain di Palestina sepakat membentuk pemerintahan persatuan interim dalam payung Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO).
ADVERTISEMENT
Saat itu, menurut pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, rekonsiliasi ditujukan agar Palestina bersatu di masa depan.
"Hari ini kami meneken persetujuan persatuan nasional dan kami berkata untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata Abu Marzuk seperti dikutip dari AFP.
"Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," sambung dia.
Netanyahu Lempar Dokumen Hamas. Foto: Israeli Prime Minister's Office/via Reuters

Israel Geram

Tentu saja, Israel geram dengan rekonsiliasi ini. Israel yang menduduki tanah Palestina mengutuk perjanjian damai oleh para faksi di Palestina, yang dideklarasikan di Beijing tersebut.
Israel kemudian bersumpah tak akan menerima peran Hamas, dalam bentuk apa pun, pascaperang di Gaza.
Tak hanya itu, Israel juga tak percaya dengan Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas dapat melakukan tugas pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Fatah merupakan faksi terbesar dari PLO sekaligus gerakan yang juga dipimpin Abbas.
Polemik pemerintahan Gaza merupakan salah satu masalah paling pelik yang dihadapi Palestina. Kedua faksi sepakat bahwa hal itu adalah urusan internal, dan menolak segala persyaratan Israel.
Sebelumnya, inisiasi pertemuan serupa di masa lalu selalu gagal menghasilkan kemajuan.

Sekilas Persaingan Fatah dan Hamas

Yasser Arafat. Foto: Palestinian Authorities via Getty Images
Fatah dan Hamas bersaing dalam politik Palestina karena memiliki pendekatan berbeda terhadap konflik Israel-Palestina.
Fatah: Didirikan pada akhir 1950-an oleh pemimpin berkarisma, Yasser Arafat, Fatah adalah salah satu faksi terbesar dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Awalnya bersifat revolusioner, Fatah kemudian beralih ke pendekatan yang lebih moderat, mendukung solusi dua negara dan perundingan damai dengan Israel. Sejak kematian Arafat pada 2004, Mahmoud Abbas menjadi pemimpin Fatah dan Presiden Otoritas Palestina. Fatah menguasai wilayah Tepi Barat.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara saat acara tingkat tinggi untuk memperingati peringatan 75 tahun Nakba di markas besar PBB di New York pada 15 Mei 2023. Foto: Ed Jones/AFP
Hamas: Didirikan pada tahun 1987 selama Intifada Pertama, Hamas adalah kelompok Islamis yang memiliki sayap politik dan militer. Mereka menolak pengakuan terhadap Israel dan dikenal karena serangan roket dan kekerasan sebagai bagian dari perlawanan mereka terhadap pendudukan Isarel.
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: Mohammed Salem / REUTERS
Hamas menang dalam pemilu Palestina 2006 dan menguasai Jalur Gaza setelah pertempuran berdarah dengan Fatah pada 2007. Hamas mendapatkan dukungan dari beberapa negara, tetapi sejumlah negara Barat sekutu Israel menyebutnya sebagai kelompok teroris.
ADVERTISEMENT
Saat ini Hamas dipimpin oleh Yahya Sinwar setelah pemimpin sebelumnya, Ismail Haniyeh, dibunuh Israel saat berkunjung ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru.
Peta Palestina, Lebanon, dan Israel. Foto: Dimitrios Karamitros/Shutterstock
Perpecahan Fatah-Hamas: Sejak 2007, Palestina terbagi secara politik dan geografis, dengan Fatah mengendalikan Otoritas Palestina di Tepi Barat (West Bank), sementara Hamas menguasai Jalur Gaza (Gaza Strip).
Berbagai upaya rekonsiliasi dilakukan, tetapi ketegangan terus berlanjut hingga 2024. Sebagian besar disebabkan oleh perbedaan strategi terhadap Israel dan kepentingan politik yang saling bertentangan.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, berpelukan dengan sandera yang mereka bebaskan dari Gaza pada hari keenam gencatan senjata, Rabu (29/11/2023) (dok Brigade Al-Qassam) Foto: Dok. Istimewa
Hingga 2024, ketegangan antara Fatah dan Hamas tetap tinggi, meskipun ada beberapa usaha rekonsiliasi yang didukung oleh pihak internasional seperti yang dilakukan China dan sebentar lagi oleh Mesir. Pemilu umum Palestina yang direncanakan beberapa kali ditunda karena ketidaksepakatan antara kedua faksi.
ADVERTISEMENT
Kedua kelompok ini memiliki basis pendukung masing-masing.