Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemimpin Syiah di Irak Minta Pendukungnya Akhiri Protes Usai 23 Orang Tewas
30 Agustus 2022 19:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pemimpin Syiah terkemuka di Irak , Muqtada al-Sadr , memerintahkan para pengikutnya untuk mengakhiri protes mereka di Baghdad pada Selasa (30/8).
ADVERTISEMENT
Al-Sadr mengeluarkan pernyataannya dalam pidato yang disiarkan di televisi. Dalam kesempatan itu, dia meminta maaf atas kekacauan yang telah menewaskan 23 orang tersebut. Petugas medis mengatakan, bentrokan bahkan telah mencederai 380 orang lainnya.
Para pendukung al-Sadr telah menyerbu kompleks pemerintahan di Zona Hijau. Al-Sadr lantas menetapkan batas waktu selama sejam bagi mereka untuk meninggalkan protes di kawasan itu.
"Ini bukan revolusi karena telah kehilangan karakter damainya. Menumpahkan darah orang Irak dilarang," jelas al-Sadr, dikutip dari Reuters, Selasa (30/8).
"Dalam waktu 60 menit, jika Gerakan Sadrist tidak mundur, termasuk dari aksi duduk di parlemen, maka saya pun akan meninggalkan gerakan itu," tegas dia.
Pidato tersebut menyusul kebuntuan politik selama sepuluh bulan usai pemilihan parlemen di Irak pada Oktober 2021. Sejak itu, Irak belum membentuk pemerintahan baru.
ADVERTISEMENT
Al-Sadr kemudian memperkeruh situasi ketika mengumumkan pensiun dari dunia politik pada Senin (29/8). Dia mengkritik para pemimpin lain yang gagal mereformasi sistem yang korup.
Pendukung al-Sadr lantas berhadapan dengan faksi-faksi Syiah pro-Iran. Mereka menembakkan roket dan mengacungkan peluncur granat dari truk-truk. Suara tembakan terdengar di seluruh kota semalaman.
Pihak berwenang mengaku tidak dapat memaksakan pengendalian. Sebab, militer juga terbagi menjadi kelompok pro-Iran dan anggota Gerakan Sadrist. Pasukan keamanan akhirnya mengumumkan jam malam dan mendesak pengunjuk rasa meninggalkan Zona Hijau.
"Ada milisi yang tidak terkendali, benar, tetapi itu tidak berarti Gerakan Sadrist juga harus tidak terkendali," ujar al-Sadr.