Pemkot Bandung soal Anak Ayam Mati: Di Bawah 5 Persen Masih Wajar

3 Januari 2020 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perwakilan siswa menunjukan anak ayam yang diberikan Wali Kota Bandung Oded M Danial di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/11/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan siswa menunjukan anak ayam yang diberikan Wali Kota Bandung Oded M Danial di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/11/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gingin Ginanjar mengakui hampir 5 persen atau sekitar 100 dari ribuan anak ayam yang dibagikan pada siswa SD dan SMP telah mati. Namun demikian, dia mengklaim proses pemeliharaan anak ayam semakin baik yang ditandai bertambahnya bobot tubuh.
ADVERTISEMENT
"Secara umum setelah sebulan lebih berjalan, progresnya positif ya. Anak ayamnya ada yang bertumbuh dan bobotnya naik. Tapi ada juga yang mati tapi kurang dari 5 persen," kata dia ketika dikonfirmasi, Jumat (3/1).
Gingin memastikan, anak ayam yang telah dibagikan merupakan varietas unggul. Menurut dia, matinya anak ayam tersebut bukan disebabkan oleh penyakit tapi faktor eksternal seperti cuaca dan kekeliruan ketika menyimpan kandang.
"Matinya bukan karena penyakit. Tapi mati karena dimakan kucing, tikus, faktor cuaca hingga teledor menyimpan (kandang)" ucap dia.
Gingin menambahkan, kematian anak ayam berjumlah 5 persen masih wajar. Dia menegaskan, memiliki indikator maksimal kematian anak ayam yang berada di angka 10 persen. Adapun anak ayam rentan mati ketika berada pada usia di bawah satu bulan.
ADVERTISEMENT
"Jumlah yang matinya 5 persen masih wajar. Kami punya indikator, maksimal 10 persen lebih. Sebenarnya yang paling rawan itu usia di bawah 1 bulan, kondisi anak ayamnya rentan. Tapi ternyata lewat 1 bulan, masih banyak yang bertahan," ujar dia.
Gingin memastikan, guru pendamping selalu melakukan monitoring pada anak-anak dalam melakukan pemeliharaan. Dia mengakui masih terdapat kekurangan dalam proses pemeliharaan terutama terkait pemberian pakan.
"Tim selalu memonitoring anak-anak yang merawat dan memelihara. Termasuk hari ini, tadi ada monitoring. Tinggi dan bobot ayamnya meningkat. Artinya, secara keseluruhan program ini berjalan dengan baik," papar dia.
"Ayam itu harus kuat di pakan. Tapi pakan berkualitas itu produksi pabrik. Selama ini, pakan yang diberikan seperti nasi. Makanya kemarin kami buat pakan dari sisa kelapa, dedak, ditambah konsentrat difermentasi. Sudah diperkenalkan ke guru untuk diimplementasikan," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Gingin memastikan, akan melakukan evaluasi lagi ketika anak ayam memasuki usia 3 bulan. Intinya, lanjut dia, kematian anak ayam harus tetap berada di bawah 10 persen.
"Nanti di usia tiga bulan kami evaluasi lagi. Standarnya tetap, angka kematiannya harus di bawah 10 persen. Selain itu, evaluasi 1 bulan ini selain ada yang mati, banyak anak yang minat tinggi, kami tambah 1 ekor lagi," ujar dia.