news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemkot Depok Lockdown Pesantren Usai 147 Santri Positif Corona

16 November 2020 22:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga berolah raga dengan latar belakang mural ajakan melawan COVID-19 di Depok, Jawa Barat, Selasa (14/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga berolah raga dengan latar belakang mural ajakan melawan COVID-19 di Depok, Jawa Barat, Selasa (14/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok menghentikan sementara atau lockdown pesantren di Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, yang menjadi klaster penularan corona dengan 147 kasus positif.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 Depok, Dadang Wihana, mengatakan, ponpes tersebut ditutup selama 14 hari ke depan. Sehingga aktivitas di pesantren sementara ditiadakan.
“KBM (kegiatan belajar mengajar) praktis ditutup, karena pesantren itu kita lockdown sehingga tidak ada aktivitas di dalam kecuali isolasi mandiri di sana. Bagi yang positif dikarantina di dalam dengan dipisahkan dari positif yang awal,” ujar Dadang kepada wartawan pada Senin (16/11).
Dadang mengatakan, Depok memiliki jumlah pesantren yang cukup banyak dan menjalankan aktivitas belajar mengajar sesuai SKB tiga Menteri.
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Dadang berharap pesantren lebih ketat menerapkan protokol kesehatan demi mencegah meluasnya penularan corona.
Dadang juga meminta kepada ustaz atau pengajar yang berasal dari luar pesantren agar mengajar santri secara daring untuk sementara. Sebab jika tetap tatap muka, dikhawatirkan klaster corona semakin meluas.
ADVERTISEMENT
“Rencananya kami akan melakukan rapat bersama membahas persoalan ini bersama Kemenag dan pengasuh pondok pesantren di Kota Depok,” terang Dadang.
Selain itu, Dadang meminta, pesantren benar-benar menghindari kontak fisik. Sebab Dadang menduga, penyebaran corona di pesantren terjadi lantaran protokol kesehatan belum diterapkan secara ketat.
“Biasanya kan kalau di beberapa pesantren itu etika masih sangat kental, misalnya cium tangan santri kepada pengasuh pesantren,” ucap Dadang.