Pemkot Yogya Telusuri Pecel Lele Harga Mahal di Malioboro, Apa Hasilnya?

26 Mei 2021 18:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ilustrasi pecel lele. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pecel lele. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan mengeluh di media sosial soal mahalnya harga pecel lele di salah satu warung lesehan di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Dia menyebut harga pecel lele di warung tersebut tak masuk akal.
ADVERTISEMENT
Dalam video yang beredar, warganet itu harus membayar sekitar Rp 37 ribu untuk seporsi pecel lele. Masing-masing Rp 20 ribu untuk pecel lele, Rp 7 ribu untuk nasi, dan Rp 10 ribu untuk lalapan.
Harga tersebut jauh dari hasil survei Paguyuban Lesehan Malam Malioboro, harga pecel lele satu porsi lengkap di warung-warung lesehan Malioboro berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu.
Pemkot Yogyakarta lantas menelusuri adanya warung lesehan di Jalan Malioboro yang nuthuk atau menaikkan harga dengan tak wajar. Hasilnya tidak ada warung lesehan di Malioboro yang nuthuk.
"Jadi dari penelusuran tim Jogoboro dan sudah ketemu dengan seluruh pedagang dan pimpinan komunitas, di sepanjang jalan Malioboro tidak ada," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat dikonfirmasi, Rabu (26/5).
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Heroe menjelaskan bahwa pedagang dan komunitas beberapa minggu lalu sudah bertemu dan menyatakan diri tidak akan nuthuk. Musababnya, sudah ada kesepakatan jika ada pedagang yang nuthuk maka tidak boleh berjualan di Malioboro.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami belum menemukan itu (warung nuthuk) di sepanjang Jalan Malioboro," ujarnya.
"Saya percaya, meskipun selama libur Lebaran yang lalu kondisi Malioboro tidak seperti tahun-tahun pada umumnya, tapi saya yakin para pedagang dan komunitas Malioboro tidak akan melakukan tindakan yan mencoreng Malioboro. Pasti ada oknum yang selama ini tidak masuk dalam komunitas Malioboro," ujarnya.

Sirip Luar Malioboro

Heroe menjelaskan bahwa pihaknya masih mencari warung yang nuthuk harga itu. Menurutnya, bisa saja peristiwa yang viral itu terjadi di sirip-sirip luar Malioboro.
"Saat ini kami masih mencari jika kemungkinan terjadi di sirip-sirip jalan Malioboro. Jika ketemu akan beri sanksi tegas, tidak boleh berdagang di kawasan Malioboro," ujarnya.
Suasana Jalan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (1/1). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
UPT Cagar Budaya bersama pimpinan komunitas Malioboro selama ini sudah melakukan sidak ke para pedagang. Mulai dari kesiapan protokol kesehatan hingga melihat harga yang ditawarkan ke pembeli.
ADVERTISEMENT
"Saat itu, semua pedagang sudah mencantumkan harga ya g wajar. Sebab itu persyaratan untuk bisa berjualan di Malioboro," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko menjelaskan pihaknya bersama Dinas Kebudayaan terus menelusuri soal informasi ini.
"Kami langsung koordinasi dengan teman-teman dinas kebudayaan. Karena kawasan Malioboro itu masuk dalam pembinaan UPT Kawasan Cagar Budaya di bawah koordinasi dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta," kata Wahyu.

Pecel Lele Rp 15 Ribu-Rp 18 Ribu

Sebelumnya, Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro Sukidi angkat bicara terkait hal ini. Dia menjelaskan meski pandemi, bukan berarti para pedagang menaikkan harga dengan tak wajar.
"Walaupun ini masih masa-masa pandemi, teman-teman pedagang masih bisa berpikir positif. Dalam arti persiapan-persiapan menghadapi musim liburan lebaran tetap terkontrol baik tentang harga dan pelayanan," ujar Sukidi saat dikonfirmasi, Rabu (26/5).
Ilustrasi pecel lele. Foto: Shutter Stock
Dari hasil survei paguyuban, harga pecel lele satu porsi lengkap di warung-warung lesehan Malioboro berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu. Dia pun mempertanyakan soal keluhan warganet itu.
ADVERTISEMENT
"Hasil survei kami harga tertinggi di lapangan pecel lele Rp 15 ribu sampai Rp 18 ribu per porsi. Tapi tadi di medsos disebut Rp 20 ribu plus lalapan Rp 10 ribu. Apa benar?" jelasnya.
Harga menu di lesehan Malioboro juga telah tercantum di daftar harga. Sehingga konsumen pun dapat membaca sebelum memesan makanan.
"Saran kami jangan terus ngomongnya di medsos. Kan juga ada sarana pengaduan konsumen baik lewat UPT dan pemkot. Juga sedia kotak saran. Dan kami pun siap membantu sebagai pengurus paguyuban untuk penyelesaiannya bila ada hal-hal yang kurang puas," ujar Sukidi.