Pemprov DKI Siapkan Rencana Strategis Atasi Pencemaran Sungai

13 September 2018 16:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UPK Badan Air bersihkan Sungai Ciliwung depan Istiqlal, Jakarta, Rabu (12/9/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
UPK Badan Air bersihkan Sungai Ciliwung depan Istiqlal, Jakarta, Rabu (12/9/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta tengah menyiapkan roadmap atau rencana strategis untuk mengatasi masalah pencemaran air di sungai-sungai di Jakarta. Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Ali Maulana mengatakan, roadmap itu ditargetkan bisa diimplementasikan akhir 2018.
ADVERTISEMENT
“Akhir tahun itu (roadmap) sudah harus pelaksanaan. Saya kira bulan September ini harus selesai roadmap-nya,” kata Ali di DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis, (13/9).
Ali Maulana Wakadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta. (Foto: Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Maulana Wakadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta. (Foto: Moh Fajri/kumparan)
Namun, Ali belum mengungkapkan secara detail dari rencana kerja tersebut. Ali menegaskan roadmap tersebut dapat mengurangi jumlah sungai tercermar berat hingga akhir 2018. Hal itu, kata Ali, sesuai dengan keinginan Gubernur DKI Anies Baswedan.
“Yang pasti Pak Gubernur mau ada jangka pendeknya, yang bisa membalik tadi, yang 60 persen tadi (jumlah sungai tercemar berat) menjadi seperti 30 persen dulu. Real, jadi nyata,” ujar Ali.
“Tapi kalau bisa dikurangi, yang tadinya cemar sedang ya sudah saja cemar sedang saja, jangan sampai jadi cemar berat. Kalau cemar ringan, ya ringan saja, jangan sampai jadi cemar sedang apalagi cemar berat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi sungai di Kampung Rawa Badak, Jakarta. (Foto: Ochi Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi sungai di Kampung Rawa Badak, Jakarta. (Foto: Ochi Amanaturrosyidah/kumparan)
Ali menjelaskan terdapat beberapa limbah yang menyebabkan sungai di Jakarta tercemar, yaitu black water atau limbah tinja, grey water atau limbah rumah tangga, dan limbah industri. Menurut Ali, limbah rumah tangga adalah penyumbang pencemaran sungai yang terbesar
"Pencemaran utama itu di rumah tangga, ada di pemukiman, bukan di perkantoran atau industri, tapi industri juga menyumbang," terang Ali.
Ali mengungkapkan, pihaknya juga akan membahas tentang sanksi bagi masyarakat yang turut andil dalampencemaran sungai di Jakarta. “Pak Gubernur minta tolong dibuatin juga sanksinya," pungkas Ali.
Anies usai membersihkan sungai Tegal Amba (Foto: Johanes H/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anies usai membersihkan sungai Tegal Amba (Foto: Johanes H/kumparan)
Sebelumnya Anies menjelaskan sungai yang tercemar ringan sejak 2014 turun dari 23 persen menjadi 12 persen. Sementara yang tercemar sedang turun dari 44 persen menjadi 17 persen di tahun 2017. Meski demikian, ada peningkatan di sungai yang tercemar berat.
ADVERTISEMENT
“Jadi yang tercemar sedang dan tercemar ringan itu turun, tercemar berat dari 32 persen menjadi 61 persen. Jadi yang sedang dan ringan itu menjadi berat, jadi bukan turun lalu hilang. Jadi selama 2014, 2015, 2016, 2017, kita mengalami peningkatan sungai yang mengalami pencemaran berat,” jelas Anies.