Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pemuda Palestina Selamat dari Penembakan di AS: Nek, Aku Ditembak!
28 November 2023 12:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Usai diadang pria tak dikenal dan bagian belakang tubuhnya terkena peluru, Hisham Awartani langsung menelepon polisi. Lalu, di tengah momen kritis di dalam kepala pemuda keturunan Amerika-Palestina itu terbesit wajah sang nenek.
ADVERTISEMENT
Awartani yang tertembak di dekat Universitas Vermount, Amerika Serikat, tersebut menelepon neneknya — mengatakan dia baru saja ditembak, kemudian tersungkur ke tanah bersama kedua temannya.
"Nenek, aku ditembak," kata Awartini kepada neneknya, sebagaimana diceritakan sang paman, Rich Price, dikutip dari BBC.
Awartani berserta kedua temannya sejak kecil dan sesama keturunan Palestina, Kinnan Abdalhamid dan Tahseen Aliahmad, menjadi target penembakan di Burlington, Vermount, pada Sabtu (25/11) akhir pekan lalu. Ketiga pemuda berusia 20 tahun itu telah bersahabat sejak duduk di bangku sekolah Ramallah Friends School, Tepi Barat.
Kekerasan dan penggerebekan tak manusiawi pasukan penjajah Israel di Tepi Barat mendorong mereka untuk pindah ke AS dan menempuh pendidikan tinggi di sana. Terlepas dari keluarga Awartani yang sudah berada di AS, mereka juga berharap AS dapat menyediakan keamanan yang lebih baik dan kondisi lebih stabil untuk mereka berlindung.
ADVERTISEMENT
Awartani, Abdalhamid, dan Aliahmad diperkirakan bakal selamat dan hanya memerlukan perawatan intensif. Namun, Awartani menderita luka yang paling serius dan perjalanan untuk sembuh akan lebih lama dari kedua teman-temannya.
Sebab, menurut Price, dari beberapa tembakan yang dilepaskan oleh pelaku ada peluru yang menyasar ke bagian vital Awartani — tulang belakang tubuhnya. Cedera di bagian tubuh ini dapat menghambat seseorang untuk berdiri dan berjalan dalam waktu lama.
"Peluru bersarang di bagian yang menempel di tulang belakangnya," ujar Price.
Price menambahkan, insiden penembakan ini meninggalkan rasa malu bagi dia dan keluarganya. Sebab, Price dan keluarganya-lah yang telah mendorong para pemuda ini untuk melanjutkan studi di AS demi stabilitas dan keamanan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Tidak pernah terbayangkan oleh kami bahwa mereka akan datang ke sini untuk belajar dan hal seperti ini dapat terjadi pada mereka," ujar Price. Adapun Awartani saat ini sedang duduk di bangku kuliah di Brown University, Providence, Rhode Island, tahun ketiga.
Awartani dan teman-temannya disergap pria lokal berkulit putih usai menghadiri pesta ulang tahun anak-anak Price. Selama mengunjungi Burlington untuk merayakan liburan panjang Thanksgiving, mereka tinggal di rumah nenek Awartani, Marian Price.
Ironisnya, Awartani beserta kedua temannya ditembak di dekat pintu rumah Marian. "Dalam waktu lima menit usai meninggalkan rumah, seorang pria keluar dari kegelapan, menodongkan pistol ke arah mereka dan menembak empat kali," kata Rich Price.
"Dua di antaranya ditembak di dada, katanya, dan yang ketiga ditembak di bagian bawah tubuhnya. Awartani juga ditembak di tangan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Hingga berita ini dirilis, polisi berhasil menangkap terduga pelaku penembakan tersebut yang diidentifikasi bernama Jason Eaton (48).
Eaton diketahui adalah warga lokal dan tinggal tidak jauh dari rumah Marian — di dekat Universitas Vermount. Pada Senin (27/11), Eaton hadir di pengadilan, tetapi mengaku tidak bersalah atas tiga dakwaan pembunuhan tingkat dua. Dia tetap ditahan tanpa jaminan.
Sejauh ini, polisi juga belum mengeluarkan pernyataan resmi perihal motif penembakan. Tetapi kerabat korban percaya, para pemuda itu telah menjadi sasaran karena latar belakang mereka sebagai orang Palestina.
Saat ditembak, mereka berbicara dalam Bahasa Inggris dan Arab sementara dua di mereka mengenakan keffiyeh — syal tradisional Palestina.
Adapun insiden ini terjadi di saat polarisasi antara pro-Israel dan pro-Palestina memecah kubu warga AS, disusul oleh meningkatnya aksi islamofobia dan antisemitisme imbas perang Israel dan Hamas.
ADVERTISEMENT