Pemuda Tanpa Lengan Jadi Tersangka Pelecehan Seksual Jadi Tahanan Rumah

1 Desember 2024 18:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Didampingi ibunya, IWAS alias Agus memberikan keterangan kepada wartawan tentang kasus dugaan pelecehan seksual fisik yang dihadapinya. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Didampingi ibunya, IWAS alias Agus memberikan keterangan kepada wartawan tentang kasus dugaan pelecehan seksual fisik yang dihadapinya. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
IWAS atau yang dikenal sebagai Agus, seorang pemuda penyandang disabilitas tunadaksa tanpa kedua lengan asal Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) kini menghadapi kasus hukum serius.
ADVERTISEMENT
Pemuda berusia 21 tahun ini telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan pelecehan seksual. Meski jadi tersangka, Agus tak ditahan di dalam sel. Ia hanya menjadi tahanan rumah selama 20 hari ke depan.
"Sekarang saya sedang ditahan selama 20 hari, diam di rumah, keluar sedikit ditangkap, itu kata polisi. Dan masa tahanan rumah bisa diperpanjang lagi selama 20 hari dan nanti bisa ditambah lagi 20 hari," ujar Agus ketika ditemui di kediamannya pada Minggu (1/12).
Agus tetap pada keterangan awalnya. Ia membantah tuduhan yang dialamatkan padanya. Ia juga mempertanyakan logika hukum yang menempatkannya sebagai tersangka.
"Saya tidak bisa mengerti bagaimana saya bisa melakukan kekerasan seksual atau pemerkosaan, sedangkan saya tidak memiliki kedua tangan. Logika saja, bagaimana saya bisa buka celana atau buka baju sendiri?" tegas Agus.
ADVERTISEMENT
Kronologi Versi Agus
Agus menuturkan kasus ini berawal saat ia meminta tolong ke pelapor untuk diantar ke kantor karena kelelahan berjalan kaki di sekitar Jalan Udayana, Kota Mataram, pada Senin, 7 Oktober 2024, pukul 08.00 Wita.
Perempuan tersebut bersedia membantunya dan memboncengnya menggunakan sepeda motor. Saat itu Agus merasa aneh karena rute jalan ke kampus berubah dan berputar di sekitar Islamic Center hingga tiga kali.
"Saya minta tolong ke dia untuk diantar ke kampus. Tapi setelah itu dia malah mengajak saya keliling Islamic Center. Saya tidak berani bertanya karena merasa sudah diberi bantuan," ungkap Agus.
Keadaan menjadi lebih ganjil saat perempuan itu mengajaknya ke sebuah penginapan. Agus mengaku diminta masuk ke kamar setelah perempuan tersebut membayar biaya penginapan.
ADVERTISEMENT
"Tiba-tiba saya kaget, baju dan celana saya dibuka. Mau melawan, tidak bisa karena saya akan malu sudah telanjang. Jadi saya diam saja," ujar Agus.
Setelah kejadian tersebut, Agus menyatakan bahwa perempuan itu memasangkan kembali pakaian untuknya dan menelepon temannya untuk bertemu di Islamic Center.
Di sana, sudah ada dua pria yang menunggu. Salah satu dari pria tersebut memeluk perempuan itu, sementara yang lain mengambil foto Agus.
"Pria itu bilang akan melapor ke polisi. Saya jawab silakan lapor, saya tidak melakukan apa-apa," tegasnya.
Agus mengaku bingung ketika melihat namanya menjadi perbincangan di media sosial. Pada malam hari setelah kejadian, ia mengetahui adanya unggahan yang menuduh dirinya sebagai pelaku pemerkosaan di Teras Udayana.
ADVERTISEMENT
"Berita itu berubah-ubah. Dari Teras Udayana, lalu disebut homestay, hingga sekarang menjadi laporan pelecehan seksual. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi," katanya.
Di tengah polemik hukum yang dihadapinya, Agus tetap berusaha menunjukkan sisi positif dari hidupnya dan ingin tetap melanjutkan kuliah demi masa depan yang lebih baik.
Sebagai seorang seniman gamelan yang memainkan alat musik dengan jari-jari kakinya, Agus juga berharap dapat bertemu Presiden Prabowo Subianto untuk menunjukkan bakatnya dalam seni tradisional Indonesia.
"Saya ingin bertemu dengan Presiden Prabowo untuk menunjukkan karya seni gamelan yang saya mainkan. Walaupun saya hanya bisa menggunakan jari-jari kaki saya, saya ingin membuat Presiden bangga dan mungkin bisa dikenal oleh dunia," ujar Agus dengan penuh harap.
ADVERTISEMENT