Penajam Paser Utara Sempat Rusuh, Pemindahan Ibu Kota Jalan Terus

18 Oktober 2019 17:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro di Kantor Kementerian PPN, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
zoom-in-whitePerbesar
Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro di Kantor Kementerian PPN, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
ADVERTISEMENT
Kerusuhan sempat terjadi di calon ibu kota baru, tepatnya di pelabuhan penyeberangan di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Meski begitu, Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menegaskan peristiwa tersebut tak akan mengganggu proses pemindahan ibu kota.
ADVERTISEMENT
"Sejauh ini pokoknya untuk ibu kota kita jalan terus. Tentunya kita selalu memperhatikan hal-hal seperti tadi. Meskipun hal kemarin itu kriminal biasa, perkelahian antar-remaja, yang kemudian berujung mungkin ketidakpuasan," kata Bambang di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/10).
"Tapi kami meyakini, ke depan, kalau penegakan hukum lebih tegas, informasi pada masyarakat lebih jelas, harusnya hal seperti kemarin bisa dihindarkan," jelas dia.
Agar kejadian serupa tak terulang, Bambang menilai perlu adanya antisipasi untuk potensi konflik. Yakni, melalui pendekatan budaya setempat.
"Antisipasi, dengan memperhatikan budaya setempat," katanya.
Kerusuhan ini bermula dari adanya anggota keluarga salah satu kelompok yang dikeroyok, Rn (18) dan Ch (19), hingga tewas di Pantai Nipah-nipah.
Saat dilarikan ke rumah sakit, nyawa Ch tak dapat diselamatkan lantaran luka tusuk di bagian perut. Sedangkan Rn (18) masih tertolong dan mengalami luka di pinggang kiri.
ADVERTISEMENT
Setelah menikam Rn dan Ch, pelaku lantas melarikan diri ke Balikpapan. Namun, pelaku langsung bisa dibekuk di hari itu juga.
Rabu (16/10) Pukul 13.00 WITA, sekitar 100 orang bersenjata tajam datang ke Pelabuhan Kariangau. Mereka melakukan aksi unjuk rasa terkait terjadinya peristiwa penikaman yang melibatkan kelompoknya sebagai korban.
Ratusan bangunan, pelabuhan, rumah dan sekolah dibakar oleh massa. Akibat peristiwa ini pula, sebanyak 322 kepala keluarga (KK) mengungsi.