Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pendapatan Penjual Kembang di TPU Menteng Pulo Malah Turun Dibanding Pandemi
22 Maret 2023 14:52 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Nur Hayati seorang ibu dua anak jadi pedagang kembang musiman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Dia sudah melakoni itu sejak 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Nur akrab dengan TPU Menteng Pulo sejak kecil. Ayahnya penggali kubur dan pembersih makam yang luasnya sekitar 30 ribu meter persegi itu.
Dia sudah membuka lapak sejak 10 Maret 2023 untuk menyambut Ramadan 1444 H. Lapak sederhana dengan atap terpal ini menjajakan kembang, pandan, dan air mawar. Bahan yang biasa digunakan untuk nyekar.
Kembang mawar itu dikemas dalam kantong plastik. Per kantong dihargai Rp 500. Semantara air mawar dalam botol beling bisa dubeli Rp 10.000 per botol.
Selain mawar dan air kembang, Nur juga menyediakan berbagai minuman es. Juga ada kopi hitam.
Saat berbincang dengan kumparan, pada Rabu (22/3), dagang Nur belum terjual banyak. Sekantong mawar yang diambil dari pengepul belum terjual habis. Sekantong plastik berukuran besar itu dibeli dengan modal Rp 70 ribu. Sekantong mawar itu kemudian dikemas dalam plastik kecil.
ADVERTISEMENT
"Ini aja belum habis," kata Nur sambil menunjukkan mawar dalam kantong plastik transparan.
Hari yang bertepatan dengan libur nasional, dan sehari bertepatan puasa pertama di tahun 2023, di luar perkiraan Nur. Dia memperkirakan pemakaman TPU akan ramai peziarah karena bertepatan hari libur, tapi ternyata lebih ramai pekan sebelumnya.
Kata Nur, beberapa hari sebelumnya, 10 Maret 2023, pendapatan malah lebih lumayan. Dalam sehari bisa meraup Rp 3 jutaan dari hasil kembang mawar dan minuman.
Nur biasanya membuka lapak seminggu sebelum dan setelah bulan suci. Omzet tahun ini, kata dia, tidak lebih baik dari bulan puasa di masa pandemi COVID-19.
Dia juga mengaku bingung. Sebab, saat pandemi, dia bisa meraup untung bersih selama semusim itu, seminggu sebelum puasa, hingga Rp 4 juta. Tapi tahun ini menurun.
ADVERTISEMENT
"Setengahnya saja belum ini. Malah meleyot," tambahannya.
Tapi Nur masih berharap. Kata dia, biasanya peziarah baru ramai menjelang sore. "Biasanya abis Ashar baru ramai," ungkapnya.
"Semoga tidak hujan. [kalau hujan] nyayur, dah," ungkapnya berharap.
Selain Nur, ada juga Idham yang mencari rezeki di tengah tradisi nyekar. Idham menawarkan jasa untuk membersihkan makam kerabat peziarah.
Dengan modal celurit patah dan berkarat, ia menawarkan jasa pembersih kepada peziarah. Tidak ada tarif yang dipatok. Bisa dibayar seikhlasnya.
Hari ini, Idham dapet sekitar Rp 500 ribu. "Minggu kemarin, serebu [Rp 1 juta]," pendeknya lalu mengejar seorang peziarah untuk menawarkan jasanya.