news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pendekatan Lain Isu Sawit di Swiss Lewat Game Simulasi

11 Juni 2018 6:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
zoom-in-whitePerbesar
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
ADVERTISEMENT
Diperkenalkan pada simposium di Swiss Federal Institute of Technology (ETH), terbuka perspektif lain seputar isu sawit.
ADVERTISEMENT
Isu sawit di Eropa kerap dikampanyekan negatif dari segi lingkungan dan kesehatan. Pada sisi lain, Indonesia mendekatinya dari isu non-diskriminasi perdagangan dan upaya pengentasan kemiskinan.
Oleh sebab itu, isu sawit di Eropa perlu mendapatkan pendekatan segar dan kreatif. Salah satunya melalui sebuah game simulasi sawit yang diciptakan oleh Nur Hasanah, seorang mahasiswi doktor asal Indonesia di ETH Zurich, demikian siaran pers KBRI Bern yang diterima kumparan Den Haag, Minggu malam atau Senin (11/6).
Game simulasi perkebunan sawit tersebut diperkenalkan pada rangkaian Latsis symposium 2018 “Scaling-up Forest Restoration” 6-9 Juni 2018 di ETH, Zurich, Swiss.
Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman Hadad, yang hadir pada peluncuran, menyampaikan dukungannya bahwa games simulasi ini dapat memberikan pemahaman holistik dalam mendekati isu sawit.
ADVERTISEMENT
“Isu sawit ini bukan hanya isu perang dagang, tetapi juga isu kemanusiaan di mana sebanyak 5,7 juta orang, dengan 2,2 juta orang di antaranya adalah petani rakyat skala kecil, menggantungkan hidupnya dari sawit. Games ini diharapkan mampu membuka mata, bahkan mengubah pandangan orang Eropa tentang isu sawit dari perspektif kemanusiaan dan pengentasan kemiskinan,” ujar Dubes.
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
zoom-in-whitePerbesar
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
Gabiya, salah seorang partisipan asal Lituania, yang datang ke Swiss karena mengikuti Latsis Symposium di ETH Zurich, mengaku lebih tercerahkan mengenai isu sawit di negara asalnya, Indonesia.
“Saya tidak membayangkan bagaimana sulitnya para petani sawit skala kecil bisa bertahan hidup dengan segala tantangan yang ada,” ucap Gabiya.
Sedangkan Clara, partisipan yang juga mahasiswa doktor ETH asal Prancis, mengutarakan pentingnya kolaborasi antara pengusaha sawit dengan para petani skala kecil untuk keberlanjutan lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
“Saya menjadi lebih paham, mengapa pemerintah Indonesia menempatkan sawit sebagai prioritas, karena di antaranya membela para petani skala kecil ini,” terang Clara.
Game ini dapat dimainkan oleh empat orang di mana setiap pemain memainkan peran sebagai petani dengan sejumlah lahan dan dikejar target setiap ronde untuk mengumpulkan bahan pangan.
Pada sisi lain, ada yang memainkan peran sebagai perusahaan kelapa sawit yang menguasai lahan besar dan sumber daya melimpah, pasar yang menetapkan naik-turun harga komoditas, juga peran sebagai pemerintah dan LSM.
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
zoom-in-whitePerbesar
Games simulasi perkebuanan kelapa sawit di Swiss (Foto: Dok. KBRI Bern)
Aturan main game ini mirip permainan Monopoli dan dipandu oleh seorang game master (pemandu permainan) yang mengendalikan laju, menetapkan waktu, dan memberikan pengumuman penting setiap ronde.
ADVERTISEMENT
Pada awal game, para pemain yang bertindak sebagai petani dibekali dengan sejumlah lahan, warga, dan uang untuk menjalankan permainan dengan target yang ditetapkan setiap rondenya.
Game yang dimainkan sekitar 1 jam ini dapat berakhir dengan kondisi pemain yang berbeda-beda, antara lain petani kaya raya, petani bangkrut, atau kerusakan alam karena eksploitasi yang berlebihan.
Para pemain diberi kebebasan untuk membentuk kesepakatan sesama petani dan melakukan negosiasi dengan perusahaan sawit.
“Pada dasarnya game ini adalah game strategi dan survivor. Bagaimana setiap pemain dituntut untuk mengatur strategi bertahan hidup dengan sumber daya yang terbatas, tetapi perlu mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup di tengah tantangan yang bertubi-tubi,” tutur Nur Hasanah sang pencipta game ini.
ADVERTISEMENT
Nur Hasanah mengaku membutuhkan sekitar empat bulan untuk menciptakan games simulasi ini, yang merupakan bagian dari penelitian doktor di salah satu universitas terbaik di dunia, ETH Zurich, tentang perkebunan sawit di Indonesia.
Sawit merupakan isu strategis bagi Indonesia karena sektor ini memberi sumbangan besar bagi perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah, kinerja nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, pemerataan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi pada penerimaan negara.
Namun demikian, pada Januari 2018, Parlemen Eropa telah menyetujui penghentian penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.
Meskipun bukan merupakan anggota Uni Eropa (UE), Swiss yang merupakan motor European Free Trade Association (EFTA) beroperasi secara paralel dengan UE dan juga terlibat pada European single market.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Swiss Federal Custom Administration, total nilai perdagangan sawit Indonesia ke Swiss pada tahun 2016 mencapai nilai total 957 ribu USD dan pada tahun 2017 menurun menjadi 433 ribu USD.
Secara bilateral, Swiss mengadopsi pendekatan positif terhadap komoditas kelapa sawit dari Indonesia melalui kerja sama pembangunan dan pembinaan bagi para petani di negara produsen, meskipun tidak sedikit LSM Swiss menolak sawit atas alasan lingkungan hidup dan kesehatan.