Peneliti AS: Panas Matahari dan Kelembaban Tinggi Bunuh Virus Corona

24 April 2020 11:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian baru di Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa panas matahari dan kelembaban tinggi bisa membunuh virus corona. Temuan ini memicu optimisme epidemi corona berkurang pada musim panas mendatang.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Jumat (24/4), William Bryan, penasihat teknologi dan sains di Kementerian Pertahanan Dalam Negeri Amerika Serikat, mengatakan para ilmuwan pemerintah menemukan bahwa sinar ultraviolet memiliki dampak buruk bagi patogen.
"Pengamatan kami yang paling mencolok hingga saat ini adalah efek kuat dari sinar matahari dalam membunuh virus, baik yang ada di permukaan maupun udara," kata Bryan.
"Kami melihat efek yang sama pada temperatur dan kelembaban, ketika temperatur dan kelembaban atau keduanya meningkat, secara umum tidak disukai virus," lanjut dia.
Warga berjalan di trotoar dekat Pantai Bondi yang ditutup di Sydney, Australia. Foto: REUTERS / Loren Elliott
Bryan memaparkan penelitian ini dilakukan oleh National Biodefense Analysis and Countermeasures Center di Maryland. Hal ini sekaligus membenarkan berbagai teori sebelumnya yang menyebut virus corona mati terbakar panas matahari.
Dalam penelitian AS, kata Bryan, diketahui adanya perbedaan ketahanan virus corona di kondisi cuaca yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan ukuran setengah umur virus atau waktu yang diperlukan bagi virus untuk berkurang setengahnya.
ADVERTISEMENT
Pada suhu dingin, antara 21 hingga 24 derajat Celcius dengan kelembaban 20 persen, waktu setengah umur virus corona yang menempel di benda-benda mencapai 18 jam.
Pada suhu dan kelembaban yang sama, namun virus corona berada di udara atau aerosol, setengah usia virus corona hanya mencapai satu jam. Artinya, virus corona akan lebih bertahan lama jika menempel di permukaan.
Namun kondisi ini berubah dalam cuaca lembab. Setengah umur virus corona di permukaan bertahan hanya enam jam jika kelembaban naik menjadi 80 persen. Jika ditambah paparan panas matahari, maka virus corona hanya bertahan selama dua menit di permukaan.
Sementara virus corona di udara hanya mampu bertahan satu setengah menit jika terpapar panas matahari.
ADVERTISEMENT
Bryan mengatakan, kondisi panas dengan kelembaban tinggi akan tercipta pada musim panas. "Kondisi ini akan menciptakan kondisi penularan yang bisa diturunkan," kata dia.
Pengendara sepeda mengenakan masker beraktivitas di kawasan Prospect Park, Brooklyn, AS, Senin (20/4). Foto: REUTERS / Lucas Jackson
Hal ini juga dibuktikan dengan jumlah penderita corona yang lebih banyak di negara-negara dengan musim dingin seperti Eropa dan Amerika. Total saat ini ada 2,7 juta penderita virus corona di seluruh dunia, dengan kematian hampir 200 ribu orang.
Walau diperkirakan jumlahnya turun pada musim panas, namun penularan bisa meningkat kembali di musim gugur dan musim dingin di akhir tahun. Bryan mengatakan, itulah sebabnya perintah social distancing belum bisa dicabut dalam waktu dekat.
"Sangat tidak bertanggung jawab jika kita mengatakan bahwa musim panas akan membunuh seluruh virus dan semuanya terbebas dari virus, lalu masyarakat mengabaikan imbauan," kata Bryan.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.