Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Peneliti LIPI Ragukan 10 Kecamatan di Bandung Berpotensi Likuifaksi
12 Oktober 2018 15:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB

ADVERTISEMENT
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Geoteknologi Adrin Tohari masih meragukan terkait hasil penelitian yang menyebutkan 10 kecamatan di Kota Bandung, Jawa Barat rawan terjadi likuifaksi atau fenomena tanah mencair seperti yang terjadi di Petobo, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Adrin mengatakan pihaknya telah melakukan penelitian terkait lapisan tanah di beberapa titik di Kota Bandung. Hasilnya, karakter lapisan tanah di Kota Bandung didominasi lapisan lempung. Artinya, pada karakter lapisan tanah seperti itu sangat kecil kemungkinan terjadi likuifaksi.
“Kalau dari hasil uji sondir di beberapa lokasi Kota Bandung, lapisan tanah di Kota Bandung bagian timur dan selatan itu didominasi oleh lapisan lempung. Jadi potensi likuifaksinya bisa dikatakan sangat rendah,” ujar Adrin saat dihubungi kumparan, Jumat (12/10).
Adrin pun mempertanyakan hasil penelitian yang menyebut Bandung memiliki potensi likuifaksi seperti yang terjadi di Petobo, Sulawesi Tengah. Pasalnya, ia pun belum pernah mambaca dan mendengar hasil penelitian tersebut.
“Menurut saya perlu dikaji kembali. Perlu ditanyakan ke pihak Bappeda (Bappelitbang) Kota Bandung, peta tersebut dihasilkan dengan menggunakan data apa dan metode analisisnya apa?” kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, pihaknya telah meneliti karakter lapisan tanah di Kota Bandung dan Cekungan Bandung secara umum dengan melakukan penggalian tanah sedalam 20-90 meter. Karena, menurutnya, potensi likuifikasi bisa terlihat pada kedalaman tanah 15 meter.
“Potensinya bisa dikatakan tidak ada atau kecil sekali. Karena potensi likuifikasi bisa terjadi pada lapisan tanah pasir,” kata dia.
Proses pembentukan tanah di sebagian besar wilayah Cekungan Bandung, ia katakan, dibentuk oleh proses endapan danau purba. Karena, sebelumnya, cekungan Bandung merupakan danau raksasa.

Sementara itu, peneliti di Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PAG) Badan Geologi, Taufiq Wira Buana, pun belum mengetahui soal potensi likuifaksi di Kota Bandung. Pihaknya mengaku belum melakukan kajian dan penelitian terkait hal itu.
ADVERTISEMENT
“Badan Geologi belum meneliti itu. Jadi belum bisa berkomentar. Bahkan, saya juga tau dari media,” kata Taufiq kepada kumparan.
Sebelumnya, penelitian yang menyebutkan 10 kecamatan di Kota Bandung rawan likuifaksi dipaparkan oleh Kasubid 1 Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappelitbang Kota Bandung Andry Heru Santoso, pada acara Bandung Menjawab, Kamis (11/10).
Andry menyebutkan, pemetaan tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bapeda, ITB dan PBB pada tahun 1990 sampai tahun 2000. Namun, ia tidak menjelaskan terkait metode analisis dari penelitian tersebut. Ia pun mengaku, hasil penelitian tersebut perlu diupdate dan dianalisis ulang.
Sepuluh kecamatan tersebut adalah Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Kiaracondong dan Antapani. Sepuluh kecamatan tersebut merupakan kawasan padat penduduk yang berada di Kota Bandung.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data kependudukan Kota Bandung, dari sepuluh kecamatan tersebut, terdapat 982.454 jiwa. Sedangkan, jumlah penduduk Kota Bandung secara keseluruhan berjumlah sekitar 2,4 juta jiwa.