Penembak di Buffalo New York Sempat Rilis Manifesto Supremasi Kulit Putih

16 Mei 2022 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas polisi mengamankan tempat kejadian setelah penembakan di supermarket TOPS di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Jeffrey T. Barnes/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas polisi mengamankan tempat kejadian setelah penembakan di supermarket TOPS di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Jeffrey T. Barnes/REUTERS
ADVERTISEMENT
Remaja kulit putih yang menembak mati 10 orang di Buffalo, Negara Bagian New York, AS, pada Sabtu (14/5) mengaku terinspirasi oleh penembakan massal Christchurch pada 2019.
ADVERTISEMENT
Payton Gendron mengenakan pelindung tubuh dan mengangkat senapan AR-15. Anak laki-laki berusia 18 tahun itu kemudian menembaki orang-orang yang sedang berbelanja di swalayan Tops Friendly Market.
Gendron menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya. Nyaris seluruh korban merupakan warga kulit hitam.
Pihak berwenang menyebut aksinya sebagai ekstremisme yang bermotif rasial. Tetapi, Gendron tampaknya memiliki pandangan berbeda. Dia bahkan menyiarkan pembantaian itu untuk para pendukungnya di platform media sosial Twitch.
Para ahli mengatakan, dia merupakan copycat. Artinya, Gendron mengadopsi atau meniru aksi serupa yang dilakukan orang lain.
Seorang pria ditahan setelah penembakan massal di tempat parkir supermarket TOPS, dalam gambar diam dari video media sosial di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Courtesy of BigDawg/via REUTERS
Tren copycat pembantaian rasis telah meningkat di AS. Studi profesor kriminologi, Adam Lankford, mempelajari tren tersebut. Dia menemukan pada 2020, penembakan telah berlipat ganda jumlahnya sejak 2010.
ADVERTISEMENT
"[Tren] ini jelas bukan hanya acak. Mereka [para pelaku] bukan orang yang memimpikan ini sendiri. Mereka belajar dari satu sama lain," kata Lankford, dikutip dari Reuters, Senin (16/5).
"Mereka ingin menjadi seperti penyerang sebelumnya, yang merupakan panutan," lanjutnya.
Aksi Gendron pun meniru penembakan massal terdahulu, Christchurch. Rangkaian aksi teror supremasi kulit putih tersebut melanda Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre di Christchurch, Selandia Baru.
Gendron mengatakan, pembunuh massal dalam aksi itu merupakan inspirasinya. Dia bahkan menjiplak manifesto panutannya tersebut. Gendron mengunggah manifesto itu di media sosial dua hari sebelum aksinya.
Brenton Tarrant, pelaku penembakan di masjid Christchurch, menjalani persidangan di Pengadilan Tinggi di Christchurch, Selandia Baru. Foto: John Kirk-Anderson / Pool via REUTERS
Manifesto Gendron berlandaskan teori 'great replacement' atau penggantian hebat. Konspirasi rasis itu semakin menyebar di negara-negara Barat, dari Prancis hingga AS.
ADVERTISEMENT
Teori itu menganggap segala perubahan sosial sebagai upaya membasmi ras kulit putih. Para pengikut teori mempercayai adanya komplotan rahasia yang berusaha menggantikan orang kulit putih dengan orang non-kulit putih.
Mereka mengutuk imigrasi, aborsi, hingga pernikahan antar ras sebagai ancaman terhadap angka kelahiran kulit putih.
Teori itu telah dikutip oleh beberapa penembak massal lain sejak 2018. Di antaranya termasuk penembakan sinagoga di Pittsburgh pada 2018, pembunuhan di Walmart di Texas, dan penembakan sinagoge di California pada 2019.
Para pelaku tersebut menggunakan bingkai yang sama dalam manifestonya. Artinya, great replacement adalah gerakan dengan sejarah yang panjang.
Seorang pria membawa tulisan "Bersatu Melawan Islamofobia" saat mengenang untuk para korban penembakan di masjid Christchurch, di luar balai kota di Toronto, Ontario, Kanada. Foto: Reuters/Chris Helgren
Bila manifesto Chirstchurch menargetkan orang Muslim, manifesto milik Gendron menyasar orang kulit hitam. Namun, inti kepercayaan mereka serupa, yakni adanya komplotan rahasia yang membahayakan ras kulit putih.
ADVERTISEMENT
Para ekstremis melihat aborsi sebagai skema untuk menurunkan angka kelahiran kulit putih. Mereka juga menganggap feminisme berupaya menjauhkan wanita kulit putih dari rumah dan menurunkan tingkat kelahiran kulit putih.
Manifesto-manifesto supremasi kulit putih tersebut turut mengulas instruksi pembantaian dengan mendetail. Mereka menuliskan pemilihan senjata hingga perlengkapan pelindung.
Mereka bahkan membeberkan individu hingga lokasi target sebagai bahan bagi penembak penerusnya. Gerakan mereka telah berbagi informasi taktis dengan cara yang sama hingga bertahun-tahun. Namun, aksi menyiarkan penembakan merupakan faktor yang baru.
Petugas polisi mengamankan tempat kejadian setelah penembakan di supermarket TOPS di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Jeffrey T. Barnes/REUTERS
Dalam manifestonya, Gendron mengeklaim diradikalisasi melalui platform media sosial 4chan. Dia terekspos pada ekstremisme saat sedang merasa bosan selama awal pandemi virus corona pada 2020.
Gendron kini menghadapi dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan ditahan tanpa jaminan. Dia juga menghadapi tuduhan kejahatan kebencian federal. Walau demikian, Gendron mengaku tidak bersalah.
ADVERTISEMENT
"Bukti yang kami temukan sejauh ini tanpa keraguan menunjukkan ini adalah kejahatan kebencian rasis yang mutlak," tutur komisaris polisi untuk kota AS di barat New York, Joseph Gramaglia, dikutip dari AFP, Senin (16/5).
Gramaglia menambahkan, Gendron sebenarnya sempat membuat ancaman kekerasan di sekolah. Polisi New York kemudian merujuknya ke rumah sakit. Usai evaluasi kesehatan selama satu setengah hari, dia dibebaskan begitu saja.
"Orang ini datang ke sini dengan tujuan untuk mengambil nyawa orang kulit hitam sebanyak mungkin," tegas Wali Kota Buffalo, Byron Brown.