Pengacara Ungkap Motif Senior Aniaya Santri Ponpes di Kediri hingga Tewas

28 Februari 2024 14:44 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
Foto Bintang Balqis Maulana semasa hidup. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Foto Bintang Balqis Maulana semasa hidup. Foto: Mili.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Motif para pelaku menganiaya Bintang Balqis Maulana (14), santri asal Banyuwangi, di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al-Hanifiyyah, Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jatim, terungkap.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh pengacara para pelaku, Rini Puspitasari. Rini mengatakan, alasan para tersangka melakukan penganiayaan kepada Bintang karena jengkel dan emosi sesaat.
Alasan emosi para seniornya itu karena korban susah untuk dinasihati, terutama soal salat berjemaah.
"Keterangan anak-anak (para pelaku) mengakui memukul dan mereka tidak niat biar Bintang sampai gimana (meninggal). Itu benar-benar emosi sesaat, karena Bintang diomongi tidak manut," ujar Rini usai mendampingi para pelaku menjalani pemeriksaan di Mapolres Kediri Kota pada Rabu (28/2).
Rini menjelaskan, para pelaku dan korban ini tinggal satu kamar di Ponpes Al-Hanifiyyah tersebut.

Tak mau disuruh salat

Pada Rabu (21/2), dua pelaku mengetahui korban tidak salat. Kemudian, mereka menegur Bintang. Tapi korban hanya menjawab "iya, iya."
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang membuat para pelaku merasa jengkel dan emosi dan menganiaya Bintang.
"Bintang itu baru sembuh dari sakit. Kemudian beberapa hari tidak sekolah dan tidak salat jemaah. Mereka ini, kan, satu kamar. Awalnya itu yang dapat info itu AK dan AF sepupunya. Kemudian menegur si Bintang. Ditanyai, kamu kenapa tidak salat? Bintang jawabnya itu tidak nyambung," jelas Rini.
"Kamu salato. Waktu diomogi itu, cuma "iyo-iyo, Mas". Mungkin karena jawabannya tidak nyambung itu, [pelaku] sempat emosi. Kemudian [korban] dipukul dengan tangan kosong dan ditampar," lanjut Rini.
Keesokan harinya pada Kamis (21/2), para pelaku mendapat informasi Bintang tidak ikut salat jemaah lagi.
Kondisi jenazah Bintang Balqis Maulana yang penuh luka lebam. Foto: Mili.id

Tak Mau Dinasihati

Kemudian para pelaku menyuruh Bintang untuk mandi dan ikut salat berjemaah. Bintang pun menuruti dan masuk ke kamar mandi.
ADVERTISEMENT
Usai mandi, korban keluar dalam keadaan telanjang dan diketahui oleh salah satu pelaku.
"Keluar dari kamar mandi Bintang itu telanjang. Kemudian oleh salah satu pelaku dirangkul dan dibawa ke kamar. Kemudian diomongi lagi dan Bintang jawabannya tidak nyambung. Iya-iya gitu tok, tapi tidak dilaksanakan. Terus sempat melotot, akhirnya dipukul lagi," terang Rini.

Pelaku sempat obati luka Bintang

Malam harinya, kata dia, pelaku sempat mengobati luka korban akibat penganiayaan tersebut. Mereka sempat membawa Bintang ke rumah sakit namun ditolak karena sudah dalam keadaan meninggal dunia.
"Hari Jumat (22/2) pukul 03.00 WIB, si AF (sepupu korban) dibangunin. Diomongin, kok Bintang tambah pucat. Lalu dibawa ke rumah sakit. Terus di rumah sakit ternyata, kan, meninggal," lanjut Rini.
ADVERTISEMENT
Setelah dari rumah sakit, pelaku membawa Bintang kembali ke pondok, kemudian melapor ke pengasuh pengasuh PPTQ Al-Hanifiyyah bahwa Bintang meninggal dunia.
"Jenazahnya dibawa ke pondok, lalu dimandikan dan dikafani. Dibawa ke Banyuwangi hari Jumat setelah salat Jumat. Lalu di sana heboh itu dan dilaporkan ke polisi," ucap Rini.
Saat tiba di rumah duka di Banyuwangi, pelaku yang sepupu Bintang, AF, sempat ditanya oleh ibu korban. Ia pun mengaku bahwa telah memukuli korban.
"Saat saya dampingi dia bilang apa adanya. Tidak bilang korban terpeleset. Saya tidak tahu kalau dia beralibi terpeleset. Tapi pada saat bersama saya di BAP itu, dia mengakui memukul," tutur Rini.
Rini menyampaikan, para pelaku mengaku menyesal telah menganiaya Bintang dan sempat merasa kebingungan.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelaku berinisial AK juga kaget karena dia orang yang pertama kali melakukan penganiayaan dan mengetahui Bintang meninggal dunia.
"Kemarin saya tanya, ini gimana kok sampai kejadian seperti ini. Sekarang kalian gimana? Mereka merasa menyesal dan merasa bersalah. Mereka sangat terpukul. Saat ngobrol sama saya, mereka diam dan menunduk. Salah satunya itu malah sulit untuk berkata-kata, karena dia yang memulai itu," ujarnya.
Rini sebagai pengacara para pelaku berjanji akan berusaha mendampingi kliennya agar hak-hak mereka sebagai anak yang bermasalah dengan hukum terpenuhi.
Ia juga menginginkan agar proses hukum para pelaku dapat berjalan secara transparan.
"Kita inginnya apa adanya. Benar-benar transparan. Kemudian anak-anak juga hak-haknya terpenuh. Mudah-mudah nanti ada jalan," tandasnya.
ADVERTISEMENT