Pengakuan Peminum Rebusan Pembalut: Kayak Air Putih Tapi Bikin Fly

22 November 2018 10:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial, Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Abil Achmad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial, Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Abil Achmad/kumparan)
ADVERTISEMENT
Fenomena anak jalanan minum air rebusan pembalut wanita membuat geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dan seakan tak masuk di nalar.
ADVERTISEMENT
Saat Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menyebut fenomena ini juga terjadi di Jakarta, kami bergerilya ke sejumlah ‘markas’ anak jalanan di Ibu Kota. Setidaknya ada 3 geng yang berhasil kami jumpai dan mengaku tahu tentang fenomena itu. Namun mereka menyangkal pernah mencobanya.
“Entar gue tanya ke teman-teman yang di Bekasi. Kayaknya mereka pada pakai dah,” ujar salah seorang anak jalanan saat ditemui di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Namun karena sudah mulai tercium publik, mereka keberatan diekspos. Kami lantas bergerilya hingga ke Jawa Tengah, yang disebut masih banyak penikmat air rebusan pembalut wanita. Di Semarang, para remaja penikmat air rebusan pembalut sedang direhabilitasi dan tak bisa dijumpai. Kawan-kawannya ada yang pindah ke Surabaya dan beberapa kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ilustrasi anak jalanan (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak jalanan (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Kami lalu bergeser ke Demak, yang berjarak sekitar 1 jam dari Semarang. Di wilayah berjuluk ‘Kota Wali’ ini, rupanya masih banyak anak jalanan yang mengonsumsi air rebusan pembalut wanita. Kami berhasil menemui salah satunya, sebut saja Bodi (17).
ADVERTISEMENT
Saat ini Bodi sedang menjalani proses rehabilitasi rawat jalan di panti rehab milik Abdul Halim. Istilah rawat jalan ini berarti Bodi mengikuti program yang dibuat oleh Abdul Halim, namun sehari-harinya masih beraktivitas di jalanan dan tidak menginap di panti.
Tampilan Bodi jauh berbeda dari gambaran tentang sosok peminum air rebusan pembalut dalam benak kami. Dia mengenakan kaus oblong warna putih bertuliskan Jakarta Tempo Dulu dengan font lucu dan gambar vespa. Bawahannya memakai sarung biru yang senada dengan warna tulisan di kaus, juga dilengkapi dengan peci hitam di kepala.
Raut wajah Bodi tampak santai, bicaranya sedikit-sedikit.
Bodi mengaku sudah menjadi anak jalanan dan mengonsumsi berbagai macam pil penenang sejak umur 9 tahun. Aktivitas hariannya ngamen keliling kota Demak dan minta makan siang dengan paksa di warung-warung makan.
ADVERTISEMENT
“Ya ngamen terus minta makan di rumah-rumah makan seperti itu to, dan uangnya buat beli minuman keras,” kata Bodi di panti rehab di Desa Sayung, Demak, Kamis (15/11).
Ilustrasi Mabuk Rebusan Pembalut. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mabuk Rebusan Pembalut. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Mereka juga kerap mengoplos minuman keras dengan beragam obat-obatan hingga merasakan efek fly. Bodi menyebut ia dan teman-temannya kerap bereksperimen dengan ide sendiri maupun informasi dari luar, termasuk minum air rebusan pembalut.
"Udah pernah sama teman diajak langsung dan minum yang udah jadi. Saya tanya ‘ini (pembalut) yang baru apa yang sudah dipakai? Ini belum dipakai’. Nah saya minum,” kata Bodi yang mengaku sudah 4 kali meminum air rebusan pembalut.
Terkadang teman Bodi merebus pembalut bekas pakai. Untuk yang satu ini, dia mengaku ogah mencicipi. “Kalau saya enggak konsumsi (pembalut bekas) karena itu kan jijik dan jorok,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Alasan Bodi dan teman-temannya minum rebusan pembalut sederhana: bahan mudah didapat dan harga terjangkau. Sebab bagi mereka, yang penting bisa nge-fly, bahkan tak makan pun tak masalah.
Bodi dan kawan-kawannya memilih tempat tersembunyi agar tak terjangkau warga dan aparat. Mereka membuat ‘markas’ khusus agar bisa nge-fly dengan tenang. Biasanya anak-anak jalanan itu menikmati air rebusan pembalut bersama-sama bagaikan merayakan pesta cocktail. Modalnya patungan Rp 5-10 ribu.
Pembalut Wanita. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pembalut Wanita. (Foto: Shutterstock)
Untuk mendapatkan pembalut, ada anggota junior yang dipaksa membeli di warung. “Ya teman biasanya yang berani disuruh, kalau enggak berani dipukul, dan akhirnya dia beli,” kata Bodi.
Terkadang untuk mempersingkat waktu, pembalut tak melulu direbus. Mereka hanya merendam pembalut dalam sebuah wadah dengan air putih matang lalu diperas dan airnya diminum bersama-sama. Selain pembalut, sesekali Bodi dan gengnya juga merebus popok bayi.
ADVERTISEMENT
“Ya (rasanya) seperti air putih cuma bisa nge-fly. Dua jam kadang belum ngefek. Awak (badan) terasa lemas kayak lentur, pikiran bingung, tenggorokan garing (kering),” kata Bodi membeberkan dampak minum air rebusan pembalut.
Semua teman-teman Bodi yang berkumpul di situ meminum air rebusan pembalut. Sebab mereka akan didepak dari grup jika tak mau mengikuti perintah anak jalanan yang lebih senior.
“Ya diancam gitu. ‘Nih kamu harus minum juga. Kalau enggak ikut minum enggak usah ke sini, enggak usah kumpul, enggak saya kenal’,” ujar Bodi menirukan ucapan anak jalanan senior.
Selain Bodi, kami juga menemui sejumlah anak jalanan lain di Demak dan Semarang yang mengaku pernah diajak minum air rebusan pembalut. Salah satunya adalah Bagas (18), anak jalanan yang sering mangkal di kawasan Stasiun Semarang Poncol.
ADVERTISEMENT
Ditemui di sebuah taman di Kota Semarang, Bagas menyebut, dalam sekali konsumsi seorang anak mampu menenggak satu hingga tiga botol air rebusan pembalut untuk merasakan sensasi menyenangkan.
"Ya saya belum pernah minum, tapi setahu saya teman-teman itu bisa minum 2-3 gelas," tutur Bagas.
Air rebusan 2 hingga 3 botol tersebut dinilai mampu memberi kesan istimewa bagi mereka hingga membuat candu. Mereka menghabiskan uang dari hasil mengamen untuk membeli pembalut dan melakukan ritual tersebut.
Simak cerita lainnya dalam konten spesial dengan follow topik Mabuk Rebusan Pembalut.