Pengakuan Penulis "Buku Hitam Prabowo"

13 Desember 2023 22:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
Menhan Prabowo Subianto Sempatkan Berburu Buku Lawas di Sela KTT G20 Bali. Foto: Instagram/@prabowo
zoom-in-whitePerbesar
Menhan Prabowo Subianto Sempatkan Berburu Buku Lawas di Sela KTT G20 Bali. Foto: Instagram/@prabowo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beredar buku berjudul "Buku Hitam Prabowo Subianto" setebal 197 halaman. Buku yang ditulis dengan font berwarna merah serta cover bergambar Prabowo berwarna hitam putih itu ditulis oleh Azwar Furgudyama.
ADVERTISEMENT
Buku ini menyinggung banyak hal yang berkaitan dengan capres nomor urut 2, mulai dari penculikan aktivis, kerusuhan Mei 98, hingga isu dinasti politik yang sempat dilayangkan kepada pasangan Prabowo-Gibran, kudeta, hingga keterlibatan Prabowo di Papua dan Timor Leste.
Buku itu menjelaskan bahwa Prabowo diduga terlibat atas penculikan para aktivis sebagaimana surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira bernomor KEP/03/VIII/1998/DKP.
Tidak hanya itu, dalam buku ini turut dijelaskan Prabowo menghimpun anak buahnya untuk beraksi di kawasan Glodok Building, Harco, Orion Plaza dan sekitarnya.
Beredarnya buku itu di tengah Pilpres ini cukup membetot perhatian. Lantas siapa Azwar Furgudyama yang menulis buku ini?
"(Latar belakang saya) aktivis banget, semua juga tahu saya. Dan saya tetap pada posisi saya hari ini bukan politisi yang bisa menggadaikan idealisme demi sesuatu dan saya tetap berada pada cita-cita moral gerakan saya sebelum 98 itu," kata Azwar melalui sambungan telepon, Rabu (13/12).
ADVERTISEMENT
Buku ini merupakan buku pertama dari Azwar. "Ini yang pertama," ucap dia.
Azwar menjelaskan, dia mulai menjadi aktivis semenjak berkuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997. Saat itu, tengah marak konsolidasi gerakan mahasiswa menuntut rezim presiden RI kala itu, Soeharto.
"Saya ikut demontrasi, ikut diskusi. Apa sih persoalan bangsa ketika itu. Persoalan bangsa ketika itu adalah bangsa Indonesia persoalan di bidang hukum. Hukum waktu itu betul-betul negara ini dibuat betul-betul hanya milik penguasa," katanya.
"Hukum waktu itu betul-betul rakyat kecil tidak mendapatkan hak-hak keadilannya. Ya kalau bahasa sekarang tumpul ke atas tajam ke bawah," terangnya.
Lanjutnya, dari sisi ekonomi saat itu masyarakat susah. Penguasa ekonomi adalah pengusaha yang dekat dengan keluarga cendana. Politik saat itu pun dinilai tak adil dan tak demokratis.
ADVERTISEMENT
Azwar menitikberatkan kepada Prabowo dalam buku ini karena menurutnya Prabowo terlibat atas penculikan para aktivis sebagaimana surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira bernomor KEP/03/VIII/1998/DKP.
"Dialah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM berat ini. Kalau mas tanya kenapa batu boomingnya sekarang, bagaimana pun juga selagi persoalan ini belum diselesaikan dan belum dituntaskan, Prabowo ini belum diselesaikan belum dibawa ke pengadilan, menurut kami dia terlibat, tapi menurut mereka kan tidak nih. Harus dibawa diselesaikan di pengadilan dong. Negara harus menyelesaikan ini biar tidak berlarut-larut," jelasnya.
Prabowo Subianto saat debat pertama Calon Presiden Pemilu 2024 di KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Azwar juga menjelaskan mengapa momentum jelang Pilpres 2024.
"Presiden itu adalah pemimpin tertinggi Republik Indonesia. Kita tidak mau Indonesia ini dipimpin oleh orang yang pernah punya pengalaman rekam jejak masa lalu terhadap pelanggaran hak asasi manusia," katanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau toh momentumnya hari ini ya kita harus cegah dong dengan segala cara bagaimana dia tidak memimpin negara ini," tuturnya.
Azwar sempat menyinggung soal para aktivis 98 yang berada di berbagai kubu di Pilpres 2024. Dia meminta para aktivis 98 ini untuk mempunyai nurani.
"Saya ingin katakan begini kalau politik urusan mereka itu, tapi jangan juga mengubur sejarah apalagi membalikkan fakta sejarah," katanya.
Prabowo Subianto saat debat pertama Calon Presiden Pemilu 2024 di KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sebelumnya, Wakil Komandan di Tim Charlie TKN Prabowo-Gibran, Sangap Surbakti, menanggapi beredarnya "Buku Hitam Prabowo Subianto" yang menyinggung soal penculikan aktivis hingga kerusuhan Mei 98.
Meski belum membaca buku tersebut, namun Sangap yakin jika pembahasan di dalamnya tak jauh dari cerita yang beredar soal Prabowo selama 25 tahun belakangan.
ADVERTISEMENT
"Sudah dapat dipastikan bahwa isi dari buku tersebut adalah cerita-cerita yang sudah beredar selama 25 tahun ini, yakni keterlibatan Prabowo dalam peristiwa 1997/1998 terkhusus tragedi Mei 1998," kata Sangap kepada wartawan, Selasa (12/12).
Sangap menegaskan bahwa dalam penulisan buku tersebut tidak ada pembuktiannya. Bahkan penulis buku tersebut, Azwar Furgudyama, ia yakini tak pernah mewawancarai Prabowo.
"Apa yang penulis sampaikan adalah sesuatu yang penulis tidak pernah cek dan ricek, tidak pernah ada pembuktian dan wawancara langsung dengan Prabowo. Artinya penulis hanyalah mengutip dari sumber-sumber versi penulis, yang berarti sangat subjektif," lanjutnya.