Pengakuan Saka Tatal Korban Salah Tangkap di Kasus Vina Cirebon: Trauma Polisi

21 Mei 2024 20:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
Saka Tatal, salah satu pelaku di kasus Vina Cirebon yang sudah bebas. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Saka Tatal, salah satu pelaku di kasus Vina Cirebon yang sudah bebas. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Warga Cirebon bernama Saka Tatal mengaku menjadi korban salah tangkap dalam kasus pembunuhan Vina Dewi Arsita dan kekasihnya, Muhammad Rizky Rudiana alias Eky, pada 2016 silam. Saat itu Saka Tatal masih berusia 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini, Vina dan Eky dicegat dan disiksa hingga tewas oleh sebelas orang anggota geng motor—yang salah satunya disebut adalah Saka Tatal. Delapan pelaku ditangkap, tiga lainnya masih buron hingga saat ini.
Dari delapan pelaku yang ditangkap, Saka Tatal mendapat hukuman paling ringan karena masih di bawah umur. Setelah menjalani masa hukuman penjara selama 3 tahun 8 bulan, Saka Tatal bebas bersyarat pada April 2020.
Usai kasus Vina mencuat dan viral kembali, Saka Tatal kembali muncul dan mengaku ia adalah korban salah tangkap di kasus ini. Saat ditemui di kediamannya di Cirebon, Saka Tatal yang didampingi kakaknya, Jaka, menceritakan pengalamannya itu.
Berikut wawancaranya:
Saka Tatal dan kakaknya Jaka pelaku di kasus Vina Cirebon yang sudah bebas. Foto: Dok. Istimewa

Saat kasus ini viral, kenapa Saka pergi ke rumah Bu Titin (pengacara Saka Tatal)?

[Saka] Tadinya sih pengin di rumah. Tapi di rumah itu enggak nyaman. Didatangi polisi terus, ditanyai polisi terus, nggak enyaman pokoknya. Didatengin.
ADVERTISEMENT

Apa yang dilakukan polisi saat itu?

[Saka] Ya, saya enggak sempat ketemu juga. Saya juga pernah dibilang Bu Titin kalau ada yang bertanya dari kepolisian atau wawancara, harus bilang ke Bu Titin dulu, harus ada izin dari Bu Titin dulu.

Terus siapa yang menemui polisi?

[Jaka] Dia kan ngomong malam Minggu tuh, habis itu besok sore (hari Minggu) didatangi polisi dari Polda. Dia (ibu) bilang ke saya, 'Itu a ada polisi, saya enggak mau ketemu, saya masih trauma.' Makanya saya temui. Itu ada dari pembina [Kecamatan] Kesambi, lah, banyak sekitar enam sampai delapan lebih. Dia mengira saya Saka karena kan mirip-mirip.
Tujuannya juga sama, dia nanyain yang tiga (pelaku kasus Vina yang masih buron) itu. Saya sudah bilang, 'Pak sebelumnya juga sama Pak, dari Polsek Kesambi, Polres, Polda sudah didatangi dan jawabannya juga sama, Saka ngomongnya gitu-gitu terus, Pak'.
ADVERTISEMENT
Terus kan kemarin habis ngomong gitu, dia tekanannya makin tinggi. Terus saya bilang, 'Mohon maaf Pak sebelumnya, adik-adik saya belum bisa ketemu buat sekarang, dia masih trauma.'
Kalau Saka kan ya itu, ingatannya kan sama polisi itu masih ingat banget dia diapain. Makanya dia masih trauma buat ngomong sama polisi.

Boleh diceritakan, apa yang membuat Saka trauma?

[Saka] Dari penyiksaan, pemukulan, kekerasan, sampai disetrum. Sampai saat ini saya masih kerasa. Kalau dibilang saya benci polisi saya memang benci.

Apakah saat kejadian, Saka benar-benar tidak tahu dan tidak terlibat?

[Saka] Bahwasanya saya tidak melakukan apa yang dituduhkan. Saya penginnya normal kayak dulu lagi. Bahwa Saka sebetulnya tidak bersalah sama sekali. Terus banyak tekanan juga oleh oknum polisi waktu itu. Akhirnya terpaksa mengakui padahal bukan kesalahan Saka sendiri.

Saat kejadian, Saka tidak tahu?

[Saka] Di malam Minggu itu juga tidak tahu-menahu. Saka posisi ada di rumah. Saksi ada, sampai saat ini juga saksi masih ada bahwasanya Saka ada di rumah.
ADVERTISEMENT

Jadi saat penangkapan, itu salah tangkap?

[Saka] Iya betul, enggak ada surat penangkapan.

Apa harapan Saka ke depannya?

[Saka] Saya pribadi kepengin nama saya bersih lagi kayak dulu lagi. Bisa normal lagi di masyarakat, tidak dipandang sebelah mata.