news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengalaman Kuliah di Swedia: Sistem Ujian Unik & 18 Jam Berpuasa

6 Mei 2021 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tri Ariyani, mahasiswa magister biomedicine di Uppsala University, Swedia 
 Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tri Ariyani, mahasiswa magister biomedicine di Uppsala University, Swedia Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Jalan Tri Ariyani, wanita asal Sidoarjo Jatim, untuk sekolah luar negeri tidaklah mudah. Ia harus menghadapi kegagalan sebanyak enam kali, mulai dari LPDP hingga StuNed Belanda. Dengan kegigihannya, ia akhirnya berhasil kuliah magister biomedicine dengan beasiswa dari pemerintah Swedia.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, salah satu sikap yang harus dimiliki oleh beasiswa hunter adalah persistensi. “Biasanya kalau 1-2 beasiswa itu untuk belajar dulu ya. Jadi jangan gampang menyerah. Jadi terus berusaha dan lakukan perbaikan dari kegagalan-kegagalan sebelumnya,” ujar Tri kepada Indonesia Mengglobal beberapa waktu yang lalu.
Mahasiswa Uppsala University itu menambahkan, kualitas pengajarnya yang kerap menerbitkan jurnal ilmiah dengan validitas menjadi alasan utama ingin menimba ilmu di Swedia.
“Di sini juga risetnya lumayan maju. Misalnya, sistem limfatik di manusia itu lulusan Uppsala juga dan banyak lagi penelitian lain yang lahir di sini,” imbuhnya.
Tri Ariyani, di halaman kampusnya, di Uppsala University, Swedia Foto: Dok. Pribadi
Selain itu, sistem ujian di kampus tersebut unik. Sebab, mahasiswa diberikan waktu lima jam dalam mengerjakan ujian. Salah satu alasannya adalah agar mahasiswa tidak tertekan dan merasa tidak dikejar waktu.
ADVERTISEMENT
“Jadi kita itu enjoy saat mengerjakan ujian itu, bahkan boleh bawa makanan, snack, minuman hangat, boleh sambil ngemil. Pertama saya kaget, tapi ternyata enjoy banget,” tambahnya.
Selain itu, mahasiswa yang tidak lulus bisa mengulang hingga lima kali. Hal ini sebagai bentuk penghargaan kesehatan mental kepada mahasiswanya. Sebab, ketika seorang mahasiswa tidak lulus ujian, bisa jadi karena sedang sakit atau tidak fit.
Salah satu tantangan kuliah di Swedia adalah durasi puasa Ramadhannya 16-18 jam. Biasanya Azan Magrib di atas jam 20.00 malam kemudian Subuhnya jam 04.00. Karena hal itu, Tri harus membagi waktu dengan jadwal perkuliahannya.
“Apalagi course saya yang semester ini lumayan padat gitu jadwalnya. Ada ke lab, ke kampus, ada tugas-tugas, tapi ya bismillah lah ya kita coba,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, banyak warga Muslim di Swedia, di antaranya adalah imigran asal Suriah. Ia kerap menemui wanita berkerudung saat naik transportasi umum.
Uppsala Moske menjadi penanda keberagaman masyarakat Uppsala. Foto: Dok. Pribadi
“Makanan halal juga cukup banyak, bahkan di supermarket biasa pun ada daging yang halal, ngga perlu ke supermarket khusus,” tandasnya.
Untuk aktivitas ibadah di kampus pun tidak susah. Sebab, kampusnya memiliki ruangan ibadah untuk seluruh agama. Ia bisa menggelar sajadah di perpustakaan untuk salat.
“Alhamdulillah ngga ada kesulitan. Komunitas pun ada komunitas ngaji bareng sama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia,” pungkasnya.
===
Tulisan ini pernah dimuat di Indonesia Mengglobal ditulis oleh Rio Tuasikal.