Pengalaman Warga Jakarta Gunakan Bank Sampah: Bisa Dapat Uang hingga Sembako

26 Oktober 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu tempat sampah di depan Gang Kemanggisan, Jati Padang, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu tempat sampah di depan Gang Kemanggisan, Jati Padang, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2025 mendatang, Pemprov DKI Jakarta akan memberlakukan retribusi pelayanan kebersihan. Bagi rumah yang aktif memilah sampah dari sumbernya, akan mendapatkan pembebasan retribusi.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan, pembebasan retribusi ini bertujuan agar masyarakat lebih melek dalam pemilahan sampah, atau menjadi anggota Bank Sampah.
Ngomong-ngomong soal Bank Sampah, warga Jakarta sebenarnya sudah mengetahui program tersebut sejak lama. Seperti yang disampaikan sejumlah warga di Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan.
Dari Program Bank Sampah ini, warga bisa memperoleh penghasilan tambahan hingga Rp 30 ribu dari satu karung berisikan botol plastik.
Ketua RT 07 RW 10 Jatipadang, Denny Martono (48 tahun) menjawab pertanyaan wartawan di depan rumahnya, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
Bukan hanya uang, warga juga bisa memilih untuk menukarnya dengan sembako yang memiliki nilai harga setara sampah yang dikumpulkan.
“[Selain uang], bisa dengan sembako, senilai dia punya sampah itu,” ujar Deny Martono selaku Ketua RT 07 RW 11 Jati Padang kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Namun, akhir-akhir ini sulit baginya menemukan Bank Sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ia menduga, salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta.
Bank Sampah Bersinar, Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (13/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Dia berharap pemerintahan mendatang dapat mendorong kembali program ini ke setiap daerah Jakarta. Sehingga masyarakat tidak hanya membayar iuran, tetapi juga mendapatkan penghasilan dari sampah-sampah tersebut.
“Ya, kalau yang saat ini sih nggak terlalu besar. Karena satu bulan itu kadang kan warga ada yang disetorkan, ada yang dia nunggu dulu sampai dua karung, tiga karung. Itu ya lumayan sekitar sampai Rp 30 ribu dia dapat,” ungkapnya.
“Artinya dia membayar iuran abodemen sampah Rp 35 ribu, dapat masukkan juga dari sampah yang dia kumpulkan,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Program Sempat Ada, Tapi Tak Dilanjut
Salah satu warga Gang Kemanggisan yang berprofesi sebagai ojek online, Heni (39 tahun), di Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
Heni (39), Warga RT 07 RW 11 Jati Padang, yang menceritakan dahulu pernah ada program Bank Sampah. Namun, kini program tersebut tidak dilanjutkan.
“Dulu ada programnya [Bank Sampah], tetapi sekarang menghilang begitu saja. Tidak diperpanjang,” tutur Heni saat ditemui kumparan.
Begitupula dengan Nadia (29), pemilik minimarket dan indekos Akash di Sawo Manila. Ia mengetahui program Bank Sampah dari media sosial.
Anggota bank sampah menunjukan ondel-ondel dari limbah botol plastik saat pelatihan pemanfaatan sampah di Kelurahan Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (24/10/2024). Foto: Sulthony Hasanuddin/ANTARA FOTO
Meski begitu, sistem penyerahan sampah untuk dikelola oleh Bank Sampah belum Nadia ketahui. Sebab program tersebut tidak ada di wilayah sekitarnya.
“Saya tahu program Bank Sampah [dari media sosial], tapi kalau sistem untuk menyerahkan ke Bank Sampah itu saya belum tahu. Karena di sini sendiri juga belum ada,” ujar Nadia kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Padahal dengan adanya program Bank Sampah, warga dapat menghasilkan uang tambahan. Dengan cara mengumpulkan sampah-sampah plastik yang sudah tidak digunakan kembali.
Nantinya, sampah-sampah tersebut akan didaur ulang oleh para pengepul, yang dapat ditukar dengan uang.