Pengamat Kepolisian Sebut Agus Dartono Jadi 'Manusia Silver' karena Obsesi

29 September 2021 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Dartono (berbaju merah) pensiunan polisi yang menjadi manusia silver di Mapolrestabes Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Agus Dartono (berbaju merah) pensiunan polisi yang menjadi manusia silver di Mapolrestabes Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Pensiunan anggota Polri, Aipda Purn Agus Dartono (61), menghebohkan publik karena terciduk Satpol PP saat menjadi 'manusia silver' di Semarang.
ADVERTISEMENT
Pengamat kepolisian sekaligus psikolog, Dr Supriyadi Psi, mengatakan aksi itu disebabkan karena obsesi.
Supriyadi menambahkan Agus menjadi 'manusia silver' karena bisa menarik simpati dari banyak orang. Dari situlah, ia bisa mendapatkan uang.
"Bisa jadi punya obsesi yang berlebihan. Kalau bahasa psikologi obsesif kompulsif. Jadi berpikir yang tidak logis," ujar Supriyadi, Rabu (12/9).
Agus Dartono (berbaju merah) pensiunan polisi yang menjadi manusia silver bertemu dengan Wakapolrestabes Semarang AKBP I.G.A Dwi Perbawa Nugraha (tengah). Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Menurut Supriyadi, seharusnya purnawirawan polisi dapat mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan dihadapi setelah pensiun.
"Sebelum dia purnatugas harusnya sudah mempersiapkan diri dengan penghasilan yang didapat agar cukup untuk kebutuhan karena pendapatannya, kan beda saat sudah pensiun dan sebelum pensiun," imbuh dia.
Agus telah kawin-cerai sebanyak tiga kali. Namun hanya dengan istri pertama dia dikaruniai empat orang anak. Dengan istri kedua dan ketiga, tidak punya anak.
ADVERTISEMENT
Saat ini Agus hidup seorang diri. Tiga anak dari perkawinan pertama telah menikah dan menetap di luar kota. Anak bungsu tinggal dengan ibunya (istri dari perkawinan pertama).

Menekan Gaya Hidup

Supriyadi juga menekankan, yang terpenting adalah menekan gaya dan biaya hidup. Pensiunan polisi harus bisa mengendalikan apa yang menjadi prioritasnya.
"Mau tidak mau gaya hidupnya harus berubah. Termasuk seorang purnawirawan seperti Pak Agus itu. Harus mau mengubah gaya hidupnya karena menyesuaikan finansial yang diterima tiap bulannya," jelas dia.
Rumah Aipda (Purn) Agus Dartono sang manusia silver di Sendangmulyo, Tembalang Kota Semarang. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Supriyadi menekankan kasus ini menunjukkan Masa Persiapan Pensiun (MPP) bagi calon purnawirawan Polri kurang diperhatikan dari Polri.
"Dari sisi psikologis, SDM Polri saya anggap gagal melakukan pembinaan terhadap purnawirawan. Sampai saat ini masih terus saya cermati calon purnawirawan yang MPP kurang sekali perhatiannya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dia mengapresiasi langkah Polda Jawa Tengah yang memberikan bantuan untuk Agus.
"Menurut saya sudah lumayan bagus. Istilahnya tidak hanya memberikan bantuan tapi memberikan kail agar di masa depannya tidak mengharapkan uluran tangan dari orang lain lagi," pungkasnya.

Cerita Agus menjadi 'manusia silver'

Agus mengaku melakoni pekerjaannya sebagai 'manusia silver' baru sekitar seminggu. Ia mengaku terpaksa menjalani profesi ini karena tuntutan ekonomi. Sebab, uang pensiun yang ia miliki tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Agus mendapatkan uang pensiunan Rp 3 juta per bulan. Dari jumlah itu, dia bagi-bagikan ke empat orang anaknya yang kini tinggal dengan istri pertamanya.
Selain itu dia juga memiliki utang pembelian mobil angkutan umum senilai Rp 150 juta. Dia masih harus mencicil pembelian mobil angkot itu. Dia tak menyebut nominal cicilan per bulan.
Agus Dartono, pensiunan Polri yang terkena sweeping Satpol PP di Semarang diberi bantuan. Foto: Dok. Istimewa
"Rumah saya bocor, ledeng saya diputus, beli beras enggak bisa, beli rokok juga enggak bisa. Uang gaji sisa Rp 800 ribu. Malu minta sama anak, masa pensiunan polisi minta-minta jadi terpaksa seperti ini," ujar Agus di Polrestabes Semarang, Selasa (28/9).
ADVERTISEMENT
Penghasilannya selama menjadi 'manusia silver' sebenarnya tak banyak. Uang Rp 20 ribu yang ia dapatkan saban harinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan.