Pengamat soal WNA Bikin Onar di Bali: Tindakan Tegas Pemerintah Kurang

8 Maret 2023 1:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi tangkap 3 WNA pelaku Skimming di Bali. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Polisi tangkap 3 WNA pelaku Skimming di Bali. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pengamat pariwisata, Nyoman Sukma Arida, menilai ada beberapa hal yang membuat warga negara asing (WNA) berani berbuat onar di Bali. Belakangan, ada sejumlah oknum WNA yang ditangkap karena terlibat peredaran narkoba, pencurian, berkendara dengan pelat palsu, hingga berjualan secara ilegal.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya, permasalahan ini muncul dan berlarut-larut karena terjadinya pembiaran atau kurangnya tindakan tegas terhadap orang asing yang berperilaku kriminal atau lainnya tersebut," kata Nyoman Sukma saat dihubungi, Selasa (7/3).
Pemerintah, kata Nyoman Sukma, dinilai perlu menindak tegas WNA yang melanggar aturan. Tindakan ini disarankan untuk dipublikasikan secara masif agar sampai ke telinga WNA lainnya dan membuat efek jera.
"Contoh kecil, kita lihat saja bule tidak pakai helm di jalan raya, dan orang lokal tidak banyak yag berani begitu. Mereka (WNA) seenaknya enggak pakai helm, polisi kesannya mendiamkan, tidak mengejar atau memperingatkan," lanjutnya.
Pemerintah juga diharapkan tidak membeda-bedakan penanganan hukum antara WNA dan WNI. Penanganan hukum WNA, kata Nyoman Sukma, terkesan sering molor, sedangkan penanganan WNI malah ketat.
ADVERTISEMENT
"Seharusnya kan hukum harus sama di mata orang lokal dan WNA. Bahkan untuk WNA, mestinya sanksinya berlipat ganda, artinya bisa sampai dideportasi atau ekstradisi," tegas Nyoman Sukma.
Nyoman Sukma menduga, sebenarnya salah satu masalah penanganan hukum WNA adalah kemampuan bahasa asing aparat keamanan yang bisa saja kurang cakap. Menurutnya hal ini memang jadi salah satu tantangan di sistem hukum Indonesia.
"Tapi kalau kita mampu menjaga marwah hukum kita, saya yakin mereka juga akan patuh. Mereka kan di negaranya orang yang patuh hukum. Jadi karena di sini hukum tidak bekerja maksimal, jadi dimanfaatkan oleh mereka," ucapnya.
Ia lalu menyoroti kasus WN Rusia dan WN Ukraina yang datang ke Bali untuk menghindari perang. Nahasnya, mereka malah masuk berita karena bikin masalah di Bali.
ADVERTISEMENT
"Mungkin mereka ke sini berkedok sebagai turis, tapi sejatinya mereka lari dari negaranya yang tengah berperang. Jadi semacam mengungsilah, daripada di negaranya dan disuruh wajib militer, mending ke sini bisa hidup tenang," pungkas Nyoman Sukma.