Pengamat: Wajar Jokowi Geram Karena Apapun Dipolitisasi

24 November 2018 16:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi blusukan ke Pasar Lawang Suryakancana, Bogor. (Foto: Dok.Biro Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi blusukan ke Pasar Lawang Suryakancana, Bogor. (Foto: Dok.Biro Setpres)
ADVERTISEMENT
Pengamat politik Boni Hargen berpendapat, istilah tabok yang diungkapkan Presiden Jokowi karena geram difitnah sebagai PKI hanya sebatas ungkapan manusiawi. Menurutnya, istilah tabok itu ungkapan yang wajar dari kondisi politik nasional saat ini yang sangat buruk dan mudah dipolitisasi.
ADVERTISEMENT
“Apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi adalah reaksi yang wajar terhadap praktik politik hari ini yang apapun dipolitisasi, apapun dianggap sebagai persoalan dan dibawa ke ranah agama, dan ini kan praktek politik memecah belah itu kan begini,” kata Boni usai mengisi diskusi di Gado-gado Boplo, Kuningan, Jakarta, Jumat (24/11).
Justru Boni mengkritisi kontestasi politik yang diisi oleh fitnah yang berpotensi memecah belah. Menurutnya, jangankan ucapan, orang salah duduk saja bisa menjadi persoalan. Hal itu menurut Boni, disebabkan karena adanya politikus pencundang yang ingin memenangkan kontestasi dengan mudah.
“Kondisi politik hari ini sangat buruk, saking buruknya apapun dipolitisasi. Jangankan ujaran, posisi berdiri pula atau posisi duduk orang bisa jadi persoalan. Jangankan kalimat yang kamu sampaikan ke publik. Artinya apa? Di sini ada masalah yaitu ada politikus pecundang yang ingin menang dengan mudah dia mempermainkan ruang sosial yang lemah ini,” terangnya.
Boni Hargens (Foto: Facebook Boni Hargens)
zoom-in-whitePerbesar
Boni Hargens (Foto: Facebook Boni Hargens)
Sama halnya dengan istilah tampang Boyolali yang diungkapkan Prabowo Subianto, menurut Boni, hal itu bukan suatu hal yang menarik. Sebab, istilah itu terucap dari ekspresi yang biasa saja dan bukan suatu hal yang perlu diperdebatkan.
ADVERTISEMENT
“Setiap kata yang disampaikan dalam suatu konteks, pahami dulu konteksnya, baru kita bisa nangkep maksudnya apa. Artinya bahwa yang salah dalam sistem berpikirnya, cara berpikir dari para politisi ini,” tutup Boni.
Jokowi tampak geram dengan adanya foto hoaks yang tak masuk akal seolah-olah ia berdiri di samping tokoh PKI DN Aidit yang tengah berpidato pada 1955. Pasalnya, ia baru lahir pada 1961, sementara foto itu diambil enam tahun sebelum Jokowi lahir.
"Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok orangnya di mana, saya cari betul," ucap Jokowi saat berpidato dalam rangka penyerahan sertifikat kepada masyarakat di Lapangan Tennis Indoor Pemda Lampung Tengah, Jumat (23/11)