Pengaspalan Jalan ke Bandealit, Bupati Jember: Hasil Perjuangan Bareng Wabup

22 Mei 2024 21:20 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi potong tumpeng di lokasi pengaspalan jalan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi potong tumpeng di lokasi pengaspalan jalan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur menyatakan secara resmi telah memperoleh izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dalam upaya mengaspal jalan di kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Sehingga, bakal tercapai tujuan dari rencana untuk semakin memperlancar akses transportasi bagi ribuan warga penghuni daerah terpencil yang lokasinya dikenal dengan nama Bandealit.
ADVERTISEMENT
Menurut Bupati Jember, Hendy Siswanto pencapaian tersebut berkat kolaborasi pemikiran bersama Wakil Bupati KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman atau Gus Firjaun dalam menyusun konsep pembangunan berwawasan lingkungan di wilayah konservasi. Kemudian ditawarkan ke pemerintah pusat dan akhirnya mendapat persetujuan.
"Ini hasil perjuangan panjang bareng Gus Firjaun mulai tahun 2021 melobi Kementerian LHK untuk membangun jalan Bandealit. Kenapa lama? Karena jalan yang mau dibangun ini memang di tanah yang berstatus aset miliknya pemerintah pusat," katanya pada Rabu, 22 Mei 2024.
Hendy menyampaikan hal itu saat berpidato di hadapan puluhan warga yang menghadiri acara tasyakuran tanda akan dimulainya pelaksanaan proyek aspal jalan ke Bandealit. Di penghujung acara terlihat Hendy dan Gus Firjaun bergantian memotong tumpeng, kemudian menyantap makanan khas pedesaan bersama warga yang mengikuti tasyakuran.
Bupati Jember Hendy Siswanto dan Wabup KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman sedang berbincang sebelum makan bersama warga Bandealit. Foto: Dok. Istimewa
Rencana pengaspalan jalan sepanjang 7,8 kilometer atau masih separuh jarak jangkauan dari pintu masuk ke perkampungan warga hingga pesisir pantai Bandealit. Lebar jalan sekitar 4 meter yang terdiri dari bagian tengah selebar 3 meter aspal diapit sisi luar kanan dan kiri bahu jalan berupa rabat beton selebar 1 meter.
ADVERTISEMENT
Pemkab Jember menyediakan anggaran sebesar Rp19,4 miliar melalui APBD 2024 sebagai estimasi kebutuhan proyek ini. Namun, LPSE mengumumkan hasil tender telah dimenangi PT Rajendra Pratama Jaya yang menawar harga di kisaran 72 persen, sehingga pembiayaan proyek menjadi efisien turun ke angka Rp14 miliar.
"Kami ingatkan rekanan yang mengerjakan pembangunan jalan agar mentaati ketentuan peraturan penggunaan anggaran, tepat prosedur, dan tepat waktu," ucap Hendy mewanti-wanti.
Hendy memaparkan bahwa pengaspalan jalan adalah infrastruktur sebagai pijakan dari langkah awalnya yang ingin mengoptimalkan potensi kawasan konservasi TNMB agar berfungsi menjadi destinasi ekowisata sekaligus sarana tempat pendidikan lingkungan. Sehingga menopang kuat program jangka panjang Pemkab Jember yang hendak memberdayakan masyarakat Bandealit, karena selam ini dalam posisi termarjinalkan.
ADVERTISEMENT
"Setelah jalan aspal hotmix, selanjutnya penyediaan angkutan umum yang rutenya kesana. Jaringan listrik dan internet nanti secara bertahap masuk juga. Lalu, kita bangun rest area, penginapan, pusat kuliner, dan parkir kendaraan wisatawan.
Bandealit ini akan menjadi episentrum ekowisata kita dan hutan yang lestari jadi tempat bagi semua anak-anak sekolah di Jember untuk belajar tentang lingkungan. Masyarakat Bandealit terangkat hajat hidupnya dengan perputaran usaha ekowisata," ulasnya.
Di samping itu, Hendy tengah mempersiapkan program tambahan dalam bentuk peningkatan layanan dasar bagi warga Bandealit. Yakni, perbaikan sarana kesehatan dan sarana pendidikan.
"Puskesmas, SD, dan SMP di Bandealit akan kita perbaiki supaya warga Bandealit menikmati fasilitas layanan yang sama dengan lainnya," sambung Hendy.
ADVERTISEMENT
Kepala TNMB, Nuryadi berpendapat konsep yang ditawarkan Bupati Hendy sudah relevan dengan prinsip dasar lembaganya yang berorientasi pada konservasi alam. Proyek pembangunan dalam bentuk ekowisata dan pemanfaatan kawasan hutan untuk pendidikan lingkungan dinilainya sebagai kebijakan yang tepat.
"Terima kasih kepada Bupati Jember yang menunjukkan komitmen kuat berkolaborasi dengan kami. Bersedia membangun kawasan penyangga hutan dengan pemikiran yang orientasinya wisata jasa lingkungan. Kawasan hutan taman nasional akan tetap utuh terjaga lestari, konservasi alam berjalan, dan masyarakat dapat manfaat ekonomi," ucapnya.
Kondisi akses menuju pemukiman Bandealit melalui jalanan terjal berbatu di tengah-tengah kawasan hutan TNMB. Foto: Dok. Istimewa
Salah seorang tokoh masyarakat Bandealit, Lora Taufik mengungkapkan kondisi jalan terjal berbatu di tengah hutan sepanjang belasan kilometer selama ini menghambat perkembangan masyarakat setempat.
Bahkan, memperberat beban biaya transportasi pada setiap warga yang melakukan perjalanan meski hanya untuk aktivitas sehari-hari hingga kegiatan ekonominya.
ADVERTISEMENT
Dia merasa perhatian pemerintah yang diawali dengan pengaspalan jalan sudah mengurai sebagian masalah mendasar yang dialami warga Bandealit.
"Memang sangat diharapkan jalan mulus bisa mempermudah mobilitas masyarakat. Jalan rusak sangat menyusahkan masyarakat. Misalnya, sekali jalan pulang pergi untuk berobat ke Puskesmas sudah biaya Rp500 ribu. Maka, kami terima kasih jalannya diperbaiki," tuturnya.
Penduduk yang bermukim di daerah Bandealit jumlahnya hampir 2.000 orang. Rata-rata pria dewasa bekerja sebagai nelayan dan buruh penyadap di kebun karet. Sebagian lagi memenuhi kebutuhan hidup dengan bermata pencaharian memungut madu lebah di tengah-tengah hutan rimba.
Adapun perempuan dewasa umumnya membantu pekerjaan suaminya. Kondisi ekonomi yang mayoritas di bawah garis kemiskinan berdampak pada pendidikan anak-anak di sana. Sedikit sekali dari anak-anak yang tinggal di Bandealit sanggup menapaki pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
(LAN)