Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pengasuh Pondok Perkosa 6 Santriwati di Bunker: Seolah Kiai, padahal Penyair
8 September 2023 14:15 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Polisi mengungkap Bayu Aji Anwari (46), pengasuh pondok Hidayatul Hikmah Al Kahfi di Kota Semarang , Jawa Tengah, yang memperkosa 6 santriwatinya bukanlah seorang kiai. Ia merupakan seorang penyair yang kerap mengikuti acara pengajian.
ADVERTISEMENT
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Donny Lombantoruan mengatakan, pelaku kerap dipanggil untuk membaca puisi atau syair di pengajian-pengajian. Sehingga banyak orang yang akhirnya menganggap dia juga seorang kiai.
"Jadi yang bersangkutan ini sering ikut dalam pengajian-pengajian yang ada kiai-kiainya, dia ngisi jadi yang baca puisi penyair. Terus jemaah tertarik pada dia dan seolah-olah sudah jadi kiai juga," ujar Donny dalam jumpa pers di Polrestabes Semarang, Jumat (8/9).
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan pelaku, ada 3 orang santriwati yang menjadi korban perkosaan. Satu di antaranya di bawah umur sementara dua lainnya berusia dewasa.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan kami jumlah korban 3 orang salah satunya yang melapor ke kita anak di bawah umur dua orang lain dewasa. Pengakuan tersangka disetubuhi juga," imbuh Donny.
ADVERTISEMENT
Dalam pencarian jejak digital, Anwari memang beberapa kali diundang dalam forum-forum, misalnya dia menjadi pembicara di sebuah kampus swasta di Semarang. Dia juga membaca puisi/syair, bahkan di kapal nelayan.
Bukan lulusan ponpes
Anwari mengaku tidak pernah menuntut ilmu di pondok pesantren mana pun. Dia Lulusan STM Pembangunan dan hanya sering ikut pengajian.
"Saya nggak pernah mondok di mana pun. Hanya sering mengaji," ucap Anwari yang dihadirkan dalam rilis. Pria gondrong itu memakai baju tahanan bernomor 37 dan diborgol.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Semarang Samsudin mengatakan, ada syarat khusus jika seseorang hendak mendirikan pondok pesantren. Ia juga menegaskan tidak sembarangan orang bisa dipanggil kiai.
ADVERTISEMENT
"Harus jelas sanad keilmuannya, bisa dikatakan pengasuh pondok pesantren atau kiai, itu belajarnya di mana. Sanad keilmuannya itu bisa sampai ke Rasulullah. Seumpama saya, belajar baru Al-Fatihah. Karena baru bisa baca Al-Fatihah dengan benar, terus masyarakat mempercayainya, terus tiba-tiba membuat pesantren, ini tidak bisa. Ini harus jelas," kata Samsudin.
"Kemudian yang paling banyak, [menjadi kiai mengikuti garis] keturunan. Biasanya kiai-kiai itu, ya anaknya kiai, kakeknya, buyutnya," jelasnya.