Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Pengkritik Vladimir Putin Geram Akibat Tak Bisa Baca Al-Quran di Dalam Penjara
14 April 2021 18:20 WIB
ADVERTISEMENT
Pemimpin oposisi Rusia yang dikenal sebagai pengkritik utama Vladimir Putin, Alexei Navalny (44), mengancam melayangkan tuntutan terhadap penjara tempat dirinya ditahan.
ADVERTISEMENT
Ia menuduh pihak penjara menahan Al-Quran miliknya. Tuntutan terhadap pejabat penjara tersebut ia sampaikan lewat unggahan dalam akun Instagram resmi miliknya.
"Masalahnya, mereka tak memberikan Al-Quran saya," tulis Navalny, dikutip dari Aljazeera, Rabu (14/4).
Navalny menyatakan bahwa ia bermaksud untuk mempelajari kitab suci tersebut selama masa tahanannya.
Diberitakan Aljazeera, Navalny mengungkapkan bahwa mendalami Al-Quran merupakan salah satu dari beberapa target "perbaikan diri" yang telah ia tetapkan selama menghabiskan masa tahanan di penjara.
Tuntutan tersebut dilakukan bersamaan dengan aksi mogok makan yang dilakukan Navalny.
Diketahui, aksi mogok makan itu adalah bentuk protes dirinya terhadap adanya dugaan bahwa pihak yang berwenang tak mengizinkan dokter pribadinya memeriksa kesehatan Navalny usai ia mengalami rasa nyeri parah pada kaki dan punggung.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pernyataan dari Navalny soal Al-Quran mengejutkan Rusia. Navalny dikenal sebaga pemeluk agama Kristen. Di masa lalu, Navalny sempat mengeluarkan beberapa komentar kontroversial.
Dia pernah dikritik habis-habisan pada awal karier politiknya akibat melontarkan komentar nasionalis serta mencemooh imigran di Rusia yang datang dari negara-negara Islam di Asia Tengah.
Diberitakan Aljazeera, kritikus Kremlin ini menyatakan bahwa ia belum diperbolehkan membaca buku-buku yang ia beli dalam kurun sebulan terakhir.
Menurut Navalny, buku-buku tersebut harus diperiksa terlebih dahulu untuk melihat apakah ada bumbu-bumbu "ekstremisme" di dalamnya. Para petugas penjara menyebut pemeriksaan tersebut memakan waktu hingga tiga bulan.
"Buku adalah segalanya bagi saya. Dan jika saya harus menuntut untuk memperoleh hak untuk membaca, maka saya akan melakukannya," kata Navalny.
ADVERTISEMENT
Navalny dijebloskan kembali ke penjara pada Februari 2021 lalu. Dia dituduh melanggar pembebasan bersyarat yang harus ditaati.
Sebelum kembali ditahan, Navalny sempat dirawat di Jerman setelah diracun. Navalny yakin, upaya pembunuhan terhadap dirinya dirancang oleh Putin.