Pengungsi Rohingya Tewas Terinjak ketika Berebut Makanan

18 September 2017 9:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingya berebut makanan. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain )
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya berebut makanan. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain )
ADVERTISEMENT
Kehidupan di pengungsian ternyata tidak lebih baik bagi warga etnis Muslim Rohingya. Serba kekurangan, kelaparan, dan didera penyakit, membuat warga Rohingya putus asa. Tidak heran, ketika bantuan kemanusiaan datang, semua berebut ingin mendapatkannya.
ADVERTISEMENT
Tiga orang pengungsi Rohingya dilaporkan tewas ketika berebut bantuan; satu wanita dan dua anak-anak. Mereka terimpit dan terinjak di antara ratusan pengungsi yang ingin mendapatkan bantuan makanan dan pakaian dari lembaga kemanusiaan, kata Inter Sector Coordination Group, seperti dikutip The Independent, Minggu (18/9).
Lebih dari 400 ribu pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh sejak kekerasan pecah di Rakhine 25 Agustus lalu. Desa-desa mereka dibakar tentara, dengan dalih mencari militan yang menyerang pos-pos polisi. Diduga ribuan orang Rohingya tewas terbunuh oleh tentara.
Menurut pejabat polisi Bangladesh AKM Iqbal Hossain, banyak lembaga bantuan yang datang ke kamp pengungsi, namun dia mengkritisi cara pembagian bantuannya. "Banyak organisasi sosial dan swasta datang memberikan bantuan, terkadang terjadi kericuhan," ujar Hossain.
ADVERTISEMENT
Jika truk bantuan datang, beberapa pengungsi Rohingya langsung naik ke atasnya. Mereka kemudian ditertibkan oleh para petugas dengan tongkat kayu.
Anak-anak pengungsi juga rentan terluka karena berada terlalu dekat dengan truk yang berjalan, kata Corinne Ambler, juru bicara Federasi Palang Merah Internasional kepada CNN,
Pengungsi Rohingya. (Foto:  REUTERS/Danish Siddiqui)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
Menurut dia, lembaga kemanusiaan memprioritaskan bantuan untuk ibu hamil dan anak-anak pengungsi. Para pengungsi di luar dua prioritas itu menjadi putus asa sehingga terjadi perebutan makanan.
Gelombang pengungsi Rohingya masih belum berhenti. Ribuan orang datang setiap hari ke perbatasan Bangladesh dalam keadaan lapar, kedinginan, atau terluka. Mereka kekurangan gizi dan dehidrasi setelah jalan kaki berhari-hari.