Penjelasan Anggota DPR yang Sebut ‘KPK Sebelum OTT Telepon Dulu’: Bercanda

25 November 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politikus PKB Hasbiallah Ilyas ditemui setelah pendaftaran RK-Suswono di KPU Jakarta, Rabu (28/8).  Foto: Abid Raihan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Politikus PKB Hasbiallah Ilyas ditemui setelah pendaftaran RK-Suswono di KPU Jakarta, Rabu (28/8). Foto: Abid Raihan/kumparan
ADVERTISEMENT
Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK menjadi salah satu isu paling disoroti Komisi III DPR saat melakukan fit and proper test terhadap para calon Pimpinan dan Dewas KPK 2024-2029 beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang kemudian sempat menjadi polemik adalah perkataan dari Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hasbiallah Ilyas.
Hasbiallah mengusulkan bahwa bila KPK menemukan ada pejabat yang melakukan korupsi atau terindikasi korupsi untuk mengingatkannya terlebih dahulu sebelum kemudian menangkapnya.
Berikut pernyataan lengkap Hasbiallah saat giliran melakukan pendalaman kepada calon Dewas KPK Wisnu Baroto pada Rabu (20/11):
OTT itu, saya setuju dengan Pak Luhut kalau OTT itu hanya kampungan, Pak. Sebab OTT itu hanya merugikan uang negara. Saya pernah tanya salah satu mantan Pimpinan KPK, untuk mengejar OTT itu satu tahun. Berapa banyak uang kita yang harus habis. Ini kan permasalahan di kita seperti ini. KPK ini lebih banyak pemborosannya. OTT satu tahun, sudah satu tahun, setelah itu uang negara hilang dulu baru ditangkep.
ADVERTISEMENT
Kenapa kita tidak bisa, kalau nanti Bapak terpilih Bapak harus mengambil sikap ekstrem. Kalau sudah tahu misalnya salah satu pejabat negara, gubernur, atau bupati melakukan korupsi atau indikasi melakukan korupsi itu paling tidak kita sampaikan, kita telepon, ‘Hai Bapak jangan melakukan korupsi. Melakukan korupsi anda saya tangkap'. Kan selesai. Tidak ada uang negara yang dirugikan. Nah ini yang berjalan sampai hari ini, uang negara sudah dirugikan, biaya terlalu mahal, dan negara rugi.
Saya rasa, saya minta tanggapan Bapak bagaimana OTT ini kalau bisa tidak ada di negeri ini.
Saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai pernyataannya yang kontroversi, Hasbiallah mengaku bercanda saat mengutarakan pernyataan tersebut.
“Kenapa tidak dari awal sudah ada indikasi, diperingatkan. Itu tidak ada uang negara yang hilang maksud saya kan seperti itu, antisipasi di awal Itu kan bahasa telepon, bahasa lelucon itu, bahasa bercanda,” kata Hasbiallah saat dikonfirmasi, Senin (25/11).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa esensi dari pernyataannya adalah melakukan pencegahan sehingga bisa meminimalisasi kerugian negara.
“Tujuan saya primadonanya itu adalah pencegahan bukan berarti kita tidak mau, bukan berarti kita tidak setuju dengan tangkap tangan. Saya setuju (OTT) di awal saya bilang setuju,” katanya.
Ia pun memberikan contoh kasus dengan menganalogikan KPK sebagai petugas ronda dan koruptor sebagai maling.
“Misalnya saya kasih ilustrasi kalau kita malam-malam ronda kita lihat orang lagi nggak punya duit mau maling juga, terus mau berusaha untuk maling rumah orang, di waktu dia memalingi rumah orang kita cegah tidak, kita cegah kan,” tuturnya.
Bila KPK melakukan teguran kepada oknum terduga korupsi sebelum ada uang negara dicuri maka Hasbiallah menilai kinerja KPK akan lebih efektif.
ADVERTISEMENT
“Karena KPK ini kan punya alat yang sangat canggih, punya alat yang sangat canggih dan biaya negara mahal kenapa tidak mendeteksi dari awal,” tutur Hasbiallah.
“Kenapa tidak melakukan hal seperti itu? Itu yang saya maksud. Jangan sampai uang negara ini keburu keambil,” pungkasnya.