Penjelasan BMKG Mengapa Terbit Peringatan Tsunami Saat Gempa Tasik

20 Desember 2017 16:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titik gempa Tasikmalaya (Foto: usgs.gov)
zoom-in-whitePerbesar
Titik gempa Tasikmalaya (Foto: usgs.gov)
ADVERTISEMENT
Peringatan tsunami yang dikeluarkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat gempa Tasikmalaya pada 15 Desember lalu masih menyimpan pertanyaan. Peringatan tsunami yang belakangan dicabut itu, sempat membuat panik masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Dr Daryono dalam keterangannya, Rabu (20/12), sejak peristiwa gempabumi berkekuatan M 6,9 yang mengguncang wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya (15/12), hingga saat ini masih ada warga yang bertanya ke BMKG, mengapa gempa dengan episenter di daratan dapat berpotensi tsunami.
"Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa Gempa Tasikmalaya yang berpotensi tsunami, pada awalnya memiliki episenter di laut dengan koordinat 8,03 LS dan 108,04 BT. Setelah melalui proses pemutakhiran diperoleh mengnitudo stabil dengan episenter terletak pada koordinat 7,75 LS dan 108,11 BT. Titik episenter ini ternyata di daratan yang berjarak sekitar 3 km dari pantai, tepatnya di Dusun Buniayu, Desa Cikawunggading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun lokasi episenter di darat tetapi BMKG tetap mengeluarkan peringatan dini tsunami," beber Daryono.
ADVERTISEMENT
Menurut Daryono, gempa dengan episenter di darat tetap dapat memicu terjadinya tsunami.
"Hal ini dapat dijelaskan dengan mudah. Satu hal yang harus dipahami bahwa sumber gempa bukanlah berupa titik, tetapi berupa bidang patahan dalam bentuk rekahan. Sehingga sangat mungkin meskipun episenter terletak di darat tetapi bidang patahan yang terbentuk memanjang dan menerus hingga ke laut, maka gempa tersebut tetap dapat memicu terjadinya tsunami. Episenter yang letaknya di darat, juga dapat memicu tsunami jika gempa yang terjadi menimbulkan longsoran dasar laut," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Daryono lalu menyebutkan, ada beberapa contoh gempa darat yang memicu tsunami, seperti:
(1) Tsunami Great Alaska yang dipicu gempa M 9,2 pada 27 Maret 1964. Tsunami yang terjadi sangat dahsyat melanda sebagian besar wilayah Samudra Pasifik.
(2) Tsunami Manokwari akibat gempa M7,6 pada 3 Januari 2009 memicu tsunami setinggi 80 cm di Manokwari, 35 cm di Biak, dan 20 cm di Jayapura.
(3) Tsunami Kaikoura, Selandia Baru akibat gempa M7,8 memicu tsunami setinggi 7 meter.
"Seluruh peristiwa tsunami tersebut di atas dipicu oleh gempa yang episenternya terletak di daratan. Sehinga berdasarkan teori terbentuknya tsunami akibat gempa darat diatas, maka kiranya kita dapat memahami bahwa meskipun gempa berpusat di daratan tetap saja dapat memicu terjadinya tsunami," tutup Daryono.
ADVERTISEMENT