Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Efikasi adalah kondisi setelah subjek mendapatkan penyuntikan kedua kali kemudian kembali berkegiatan di tengah masyarakat apakah terpapar virus corona atau tidak.
Standar minimal WHO untuk pemberian EUA adalah di atas 50 persen. Jadi menurut Kepala BPOM Penny Lukito, vaksinasi dengan vaksin Sinovac bisa dimulai karena efikasi di atas standar minimal yang disyaratkan.
"Pengambilan keputusan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi komprehensif terhadap data dukung dan bukti ilmiah yang menunjang aspek keamanan, khasiat, dan mutu vaksin," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam jumpa pers virtual, Senin (11/1).
Penny menambahkan, keputusan ini juga berdasarkan koordinasi dengan sejumlah ahli. Seperti ITAGI, Komnas Penilai Obat, dan sebagainya.
"BPOM mengedapankan kehati-hatian, integritas, dan transparansi dalam pengambilan keputusan pemberian EUA ini untuk melindungi kesehatan dan jiwa masyarakat," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah angka tersebut sudah baik? Apalagi jika dibandingkan dengan vaksin lain seperti Pfizer dan Moderna yang efikasinya di atas 90 persen.
Menurut Penny, angka 65,3 persen sudah cukup baik. Efikasi itu berpotensi menurunkan angka kasus dan penularan corona di Indonesia, saat ini akumulasi sudah lebih dari 800 ribu.
Jadi logikanya, menurut Penny, angka kasus bisa ditekan dalam prosesnya nanti. Artinya angka kejadian penularan bisa berkurang.
"Kalau 65 persen dari 800 ribu itu besar sekali. Itu dalam uji klinis ya, estimasi. Untuk meyakinkan kita vaksin tersebut harus digunakan. Artinya bisa mengurangi angka kasus dan kita terus memantau kejadian di populasi nanti," ungkap Penny.