Penjelasan Dokter Lapas Sukamiskin soal Balita yang Digigit Aligator

6 Januari 2020 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bocah diduga digigit ikan aligator di lapas sukamiskin Bandung. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bocah diduga digigit ikan aligator di lapas sukamiskin Bandung. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Balita berusia 1,5 tahun digigit ikan aligator di Lapas Perempuan Kelas II Sukamiskin pada Jumat (3/1). Akibatnya, bocah tersebut menderita luka sobek pada bagian tangan kanannya. Dokter Klinik Lapas Perempuan dr Astrid menceritakan, peristiwa itu terjadi sebelum salat Jumat.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, menurut Astrid, dirinya sedang duduk di klinik. Kemudian tiba-tiba ada bocah yang datang dengan tangan mengalami pendarahan. Saat itu dia menduga bocah tersebut terjatuh ketika bermain di ayunan di lapas. Astrid tidak menyangka bocah itu tergigit ikan.
Kolam besuk Lapas Perempuan Kelas II Sukamiskin. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Kemudian, Astrid mengatakan, petugas klinik segera melakukan penanganan untuk menghentikan pendarahan dengan cara mencuci bersih menggunakan air steril dari alat infus. Dia menuturkan, pendarahan terus terjadi karena luka berada di jari dan mengenai pembuluh darah kecil.
"Kita bersihkan karena posisinya di jari, kalau kita lihat di bagian jari itu ada pembuluh darah jadi pembuluh darah kecil juga kalau kebeset itu bisa keluar darah," kata dia ketika ditemui di kantornya, Senin (6/1).
Ilustrasi Ikan Aligator. Foto: Getty Images/kumparan
Astrid menambahkan, penanganan yang dilakukan oleh klinik berlangsung selama sekitar 30 menit. Dia menuturkan, luka yang diderita oleh bocah tersebut tidak dalam namun memang cukup besar atau lebar sesuai foto yang tersebar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sambung Astrid, warna putih yang berada di luka bukanlah tulang melainkan akibat dibersihkan dan dibasuh. Selanjutnya, pihaknya memberikan penanganan dengan menggunakan obat epinerphine lalu es batu yang diletakkan dalam kassa.
"Jadi jangan dipikirkan kayak di film-film ngocor gitu, enggak. Tiap bergerak darahnya pasti akan ke luar. Jadi kita hentikan dan lumayan besar lukanya. Bukan dalam ya, lukanya tapi besar karena sobekan. Itu memang sesuai dengan yang difoto," ujar dia.
"Itu putih bukan kena tulang tapi karena posisi kalau kita luka terbuka dan kita cuci dan basuh, maka kita akan putih. Jadi tidak ada lagi darah. Jadi dicuci bersih, terus pikiran saya gimana caranya ya biar berhenti sedangkan anak ini tetap meronta," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Astrid menambahkan, dirinya berpikir luka tersebut mesti dijahit karena pendarahan tidak kunjung berhenti. Namun, jarum jahit tidak ada di lapas sehingga penanganan dialihkan ke RS Hermina. Ketika dialihkan, luka telah disangga menggunakan kardus, ditutup menggunakan kassa, dan diberikan betadine.
"Kita dep (tekan) dan darah sudah mulai berhenti, akhirnya kita pakaikan penyangga dari kardus, kita bikin di sini. Lalu kita dep lagi dengan menggunakan kassa yang sudah diberikan cairan betadine lalu kita balut langsung kita bawa ke Hermina," ucap dia.
"Setelah dari Hermina kronologinya seperti apa saya enggak tahu. Tiba-tiba sampai di mana saya enggak tahu. Jadi pada saat dibawa ke rumah sakit bukan dalam keadaan yang terbuka dan berdarah-darah itu tidak, karena kita punya kode etik juga masa mau merujuk pasien tapi dalam keadaan tidak siap. Jadi itu dalam keadaan diperban rapi terus dibawa," pungkas dia.
ADVERTISEMENT