Penjelasan Keluarga yang Anaknya Dianggap Kabur dari Karantina Corona di Bali

25 Maret 2020 16:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menggunakan 'thermal scanner' mendeteksi shuhu tubuh penumpang yang tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menggunakan 'thermal scanner' mendeteksi shuhu tubuh penumpang yang tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Bali dibuat geger dengan informasi adanya bapak dan anak yang kabur dari tempat karantina virus di UPTD Bapelkesmas. Informasi itu sebelumnya disampaikan oleh Sekretaris Penanggulangan COVID-19 Bali, Made Rentin.
ADVERTISEMENT
Rentin tak menyebut nama identitas bapak dan anak itu. Dia juga tak menyebut secara spesifik pasien yang kabur. Rentin bahkan belum mendetailkan kronologi kaburnya bapak dan anak itu.
Namun belakangan salah satu keluarga bapak dan anak yang dikabarkan kabur itu buka suara. Kepada kumparan, Rabu (25/3) adalah Bintang Lazuardi Izzari Rhodes yang mengaku sebagai ibu dari anak yang disebut kabur itu menjelaskan kronologinya.
Bintang membenarkan anaknya itu sempat menjalani karantina di UPTD Bapelkesmas Bali. Atas persetujuan Bintang, dia ingin nama anaknya disebut, yaitu Isis Rhodes.
Menurut Bintang, semua berawal ketika dua anaknya yang bernama Erica Rhodes (21) dan Isis Rhodes (17) baru pulang dari Inggris dengan menggunakan Qatar Airways pada Senin (23/3).
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kata Bintang, di pesawat ada 40 penumpang yang datang dari Inggris dan tiba di Bali. "Ke-40 penumpang Qatar Airways itu, tidak semua rata dicek suhu," ujar Bintang.
"Anak saya, kakak-beradik, yang ditarik ke kantor Imigrasi, hanya adiknya, Isis Rhodes. Dicek suhu tiga kali, suhu dia normal: 36,6 (derajat celcius), 36,5 (derajat celcius), kisaran segitu. Dicek kadar oksigen dalam darah juga normal 100 persen," lanjut Bintang.
Dari pengecekan itu, ujar Bintang, Isis langsung diusulkan dikarantina di fasilitas kesehatan Dinkes Bali atau UPDT Bapelkesmas. Bintang heran karena anak pertamanya, Erica, justru sama sekali tidak dikarantina padahal mereka terbang bersama dari tempat yang sama.
"Jadi KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan), tidak punya dasar kuat, kenapa mereka memilih penumpang secara random untuk dikarantina. Kenapa ke-40 penumpang (Qatar Airways) tersebut bebas di tanah Bali. Kenapa hanya 1 orang yang tak menunjukkan gejala sama sekali dipilih untuk dikarantina. Dan dia baru berumur 17 tahun, belum dewasa," ujar Bintang.
ADVERTISEMENT
Bintang mengatakan suaminya, Antony Rhodes, pada saat itu berada di rumah dan langsung mengantar Isis ke tempat karantina dengan mobil pribadi.
"Mereka tiba di fasilitas gedung karantina kisaran jam 12 malam, setengah 1, Senin malam. Antony, papanya, memaksa untuk menemani Isis karena masih di bawah umur. Mereka diantar ke kamar mereka dan sangat tidak memadai, tidak terlihat bersih," ujar Bintang.
Pada saat itu, Antony secara sukarela tinggal di fasilitas karantina karena hendak menemani anaknya. Melihat situasi dan kondisi fasilitas karantina yang kurang memadai, Antony membawa Isis pergi dari lokasi tersebut.
"Dengan alasan takut berada di tempat yang mungkin malah membawa penyakit, karena tidak memenuhi standarnya, Antony Rhodes, bapaknya Isis, membawa Isis kabur dari lokasi tersebut untuk melindungi diri dan kesehatan dirinya. Langsung pulang ke rumah pribadi," ujar Bintang.
ADVERTISEMENT
Bintang mengatakan sesampainya di rumah, mereka langsung mengkarantina diri sendiri. "Ada bukti CCTV bahwa mereka selalu di rumah sejak tiba, mereka mengkarantina 14 hari. Begitu pula di UK (Inggris), mereka mengkarantina 14 hari sebelum terbang ke Indonesia. Mereka menjalankan prosedur yang dianjurkan pemerintah kedua belah negara," kata dia.
Hal yang membuat Bintang geram adalah, setelah kejadian itu, rumahnya digerebek. "Ada lebih dari 50 orang satgas, Basarnas, polisi, tentara, Dinkes, semua gerebek rumah pribadi saya. Memaksa Isis untuk kembali ke karantina, kenapa mereka tidak mengejar ke-40 penumpang lainnya itu saya tidak paham," ujar Bintang.
Bahkan menurut Bintang, banyak hoaks bertebaran. Salah satunya adalah hoaks yang menyebut suami dan anaknya itu positif corona. Bahkan, surat edaran dari Dinas Kesehatan Bali yang mencantumkan nama Isis dan Antony beserta alamat dan nomor telepon bertebaran di jagat maya.
ADVERTISEMENT
"Bahkan ada oknum yang bilang Antony dan Isis positif COVID-19. Kalau tesnya saja tak punya, maka dasarnya saja apa bisa bilang suami dan anak saya positif. Saya minta keadilan. Saya harus terus berjuang meneruskan berita yang jujur dan adil dan transparan," tegas Bintang.
---------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!