Penjelasan Lengkap Ibunda soal Ernest Meninggal Terpeleset di Bali

1 Juli 2018 22:18 WIB
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada yang tahu sampai kapan umur seseorang, termasuk seorang remaja berusia 16 tahun bernama George Ernest Suhardi. Tak ada satu pun yang menyangka Ernest akan meninggal dunia secepat itu. Ia meninggal dunia karena terpleset saat hendak berfoto di Tebing Balangan, Bali, Jumat (29/6).
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan mewawancarai Ibunda Ernest, Yanri, di rumah duka Grand Heaven, Jalan Pluit Raya, Jakarta Utara, Minggu (1/7). Ia bercerita kejadian saat anak bungsunya terjatuh, Ernest yang berprestasi di sekolah hingga cita-citanya yang ingin berkuliah di ITB.
Kerabat keluarga di rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat keluarga di rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Berikut adalah percapakan kumparan dengan Ibu Ernest:
Bisa dijelaskan bagaimana peristiwanya itu sebenarnya?
Kita check out dari hotel pertama pukul 12.00 WIta di daerah Uluwatu. Habis itu kita lihat ke Pantai Padang-padang. Kita lihat sebentar tapi nggak sampai turun ke bawah. Ada fotonya juga.
Kita kepanasan makan es. Habis itu kita makan ya siang menjelang sore. Selesai makan pukul 16.00an habis itu kita maksudnya mau check in di hotel kedua. Terus Ernest minta, dia senang foto kan: 'mau foto dulu ah foto sunset', karena memang sudah bawa perlengkapan kamera. Terus kita searching di Google foto sunset yang bagus di Bali lokasinya. Saya yang pilih, keputusannya kita ke Balangan. Karena hotel kedua kalau dilihat dari Google Map agak dekat nih.
ADVERTISEMENT
Kita turun memang yang (spot) di atas. Dia kan ada dua (spot), bisa turun yang ada di bawah atau di atas. Kita yang di atas, belum lama kayaknya nggak ada setengah jam kita di situ. Baru paling 20 menit. Ernest sama papanya, saya sama cicinya. Saya pikir, dia mah memang pakai kamera kalau kita kan pakai HP.
Di dekat tebing gitu memang ada turunan buat foto. Turunan itu nggak sempit, bisa sekitar 6-7 orang berdiri di situ. Jadi nggak yang berdesakan. Dan tingginya juga turun itu paling sebetis orang dewasa. Jadi segitu doang kita turun. Papanya sudah turun duluan, Ernest turun jadi mau ambil spot foto.
Menurut papanya, kakinya sudah turun satu dan dua. Kita kan turun gitu nggak mungkin kita dengan posisi berdiri, pasti agak duduk. Sudah nginjak dua (kaki), tiba-tiba seperti ada yang ngedorong, dalam arti kata nggak seimbang.
ADVERTISEMENT
Kalau kata papanya, Ernest tampak seperti terdorong orang. Bukan nggak ada orang di situ, tapi namanya kejadian itu kan sepersekian detik nggak bisa kita meraih dia. Tolong tarik gitu nggak bisa kan? Cepat kan kejadian itu. Ya sudah jatuh seperti itu. Papanya lihat.
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Polisi bilang Ernest terjatuh saat selfie?
Bukan (selfie), (tapi) mau foto. Itu pun kamera masih ada di dalam tas, belum dikeluarin. Jadi waktu dia di atas itu, kan kita kalau mau foto kan suka ngeker pakai tangan kira-kira bagus nggak. Dia belum keluarin kamera jadi masih di dalam tas dia.
(Keterangan selfie disampaikan Kapolsek Kuta Selatan Kompol I Nengah Patrem. "Dia terjatuh, terpeleset saat berfoto selfie di tebing. Dia jatuh ke pantai, dan kondisi saat itu pantai sedang surut kena batu-batu," kata Patrem.)
ADVERTISEMENT
Ernest pernah ada pesan sebelum kejadian ini?
Tidak ada sama sekali. Makanya tadi pagi saya lagi ngobrol sama cicinya, cepat ya tapi kita nggak merasa ada tanda-tanda feeling apa gitu nggak ada. Ernest pun kita ingat-ingat, kita flashback gitu kayanya Ernest nggak menunjukan sesuatu perubahan sifat tingkah laku. Kan biasanya ada perubahan yang gimana jadi baik. Ini nggak, masih ceria masih suka ledek-ledekan sama cicinya.
Itu waktu di mobil aja masih ledek-ledekan ya ceritanya buang angin bau. Dia masih ledek-ledekan, masih cekikikan. Nggak ada perubahan sikap apa pun. Nggak dikasih tanda apa pun. Misalnya nggak bisa tidur atau bagaimana nggak juga.
Permintaan Ernest ingin foto sunset?
Iya, dia sendiri yang minta. Saya maunya malah udahlah check in aja hotel kita mau main-main di hotel. Tujuan kita mau lama di hotel, nikmatin hotel. Entah berenang atau ngapain. Tapi dia pengen foto sunset. Ya sudah, tapi ya dia memangnya mau foto sunset.
ADVERTISEMENT
Pas lagi makan dia ngomong, 'cepetan mau foto sunset nih. Ayo buru-buru'. Kan kita makan di daerah Grobokan, dari sana mau balik ke daerah Uluwatu kan lumayan jauh, ya udah sampai di sekitar pantai yang kejadian itu pukul 17.00 WIta sore. Kita nggak lama di situ terus kejadian.
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Ernest anak yang seperti apa?
Selama ini dia sekolah di PL (Pangudi Luhur). Kecilnya TK di Cikampek, terus SD dia ke PL sampai kelas 6. Habis itu SMP dia di Kanisius. Jadi dia tinggal tidak dengan saya, tapi dengan kakak ipar saya. Empat tahun ya lamanya selama di Jakarta tinggal di tempat yang sama, di daerah Cempaka Putih.
Waktu kecil di PL memang dia bagus selalu nomor 1. Cuma papanya takut dia jadi sombong atau gimana. Karena nggak ada saingan, kita kan takut anak kita ada di atas angin, nggak pernah lihat keluar. Di luar padahal masih banyak yang hebat. Masih ada orang yang lebih dari dia. Makanya kita pindahin dia sekolah di Jakarta. Persaingan pasti lebih banyak.
ADVERTISEMENT
SMP dari kelas satu sampai ini kan SMA naik kelas 2. Ternyata waktu sekolah di Kolese Kanisius pun dia rangking terus kan tapi adalah saingan. Tapi nggak apa-apa biar dia merasakan. Biar dia tahu masih ada yang lebih dari dia.
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah duka Ernest (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Di Kolese Kanisius selalu dapat rangking?
Selalu, tapi kadang (rangking) 1 kadang jadi 2. Tapi kalau di kelas selalu 1, yang benar-benar satu angkatan. Sampai dia lulus SMP jadi juara umum. Kan kalau rapot itu kan 6 semester, dia dapat juara umum dari 6 semester itu.
Di rapor nilainya bagaimana?
Masih oke. Nilainya lebih bagus dari sebelumnya. Saya cuma bilang nggak usah lihat kanan kiri, yang penting kamu berusaha untuk mempertahankan saja, karena cita-cita dia kan mau masuk ITB.
ADVERTISEMENT
Kita nggak usah lihatlah teman kamu berapa teman kamu berapa. Nilai kamu segini oke udah bagus kamu pertahanin segini. Supaya bisa lolos di jalur mudah-mudahan lolos jalur undangan. Dengan tidak turun kemungkinan jalur undangan kan lebih terbuka, seperti cicinya.