Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Penjelasan Pelukis Kenapa Tidak Ada Sosok Ayah di Kaleng Khong Guan
17 Juni 2017 16:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu Khong Guan ramai memenuhi timeline media sosial kita. Lukisan di salah satu sisi kaleng kotak Khong Guan berwarna merah yang legendaris itu diubah menjadi meme-meme lucu yang viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu meme-meme Khong Guan itu menyebar, kabar tersebut sampai juga ke telinga Bernardus Prasodjo. Ternyata, laki-laki berumur 69 tahun inilah yang menjadi pihak paling bertanggung jawab terhadap lukisan asli di kaleng Khong Guan tersebut.
Lukisan Khong Guan
Laki-laki kelahiran Salatiga tersebut mengaku mengerjakan lukisan di kaleng Khong Ghuan pada tahun 70-an. Bernardus mendapatkan tawaran melukis kaleng itu tidak langsung dari perusahaan Khong Guan, namun lewat perantara sebuah perusahaan separasi warna.
“Nggak, saya nggak pernah ketemu sama pihak Khong Guannya,” ucap Bernardus seperti dilansir Antara (30/5). “Saya dikasih contoh guntingan majalah lusuh begitu. ‘Nanti ini diganti di sini, ini miringnya begini’.”
Sebelum Khong Guan, sebetulnya Bernardus telah beberapa kali menerima tawaran melukis bungkus produk-produk makanan. “Dulu, saya ke supermarket, itu bangga sekali. Hampir semua etiket-etiket yang laku itu, saya yang bikin. Tetapi, makin ke sini, makin sedikit,” akunya.
ADVERTISEMENT
Bernardus paham bahwa gambar produk-produk tersebut sudah bukan masanya lagi. Baginya, kini desain-desain seperti lukisannya makin sedikit ditemui karena anak-anak muda sudah memiliki model desain baru yang jauh lebih kreatif.
"Sudah tidak jamannya lagi desain saya, desain saya itu desain kuno. Kita disuruh mengikuti desain anak muda yang modern itu tidak bisa," ucapnya.
Keluarga Tanpa Sosok Ayah
Meski begitu, justru desain kaleng Khong Guan yang tak berubah tersebutlah yang menjadi perhatian netizen Indonesia. Apalagi, gambar keluarga di kaleng Khong Guan tersebut tak menunjukkan sosok ayah, yang menjadi pertanyaan banyak orang: di mana sosok ayah keluarga tersebut?
“Menurut saya itu cuma untuk mempengaruhi ibu rumah tangga saja supaya beli,” ucapnya enteng.
ADVERTISEMENT
Bernardus waktu itu memang tak ambil pusing ketika mengambil proyek ini. “Mungkin yang penting ya ada ibunya di situ. Bapaknya nggak penting, karena yang belanja ibunya kok. Ya saya ikuti saja mereka maunya apa,” kata Bernardus.
Selain Khong Guan
Meskipun semakin sedikit, Bernardus mengaku minimal ada tiga produk yang masih menggunakan karya-karyanya sebagai desain bungkus produk mereka. Selain Khong Guan, produk lainnya adalah gambar di kaleng Monde.
Berbeda dengan gambar di kaleng Khong Guan yang memang pesanan, gambar tentara yang tengah memukul snare drum di kaleng Monde tersebut merupakan ide dari Bernardus sendiri.
“Itu saya ambil sengaja di (toko buku) Gunung Agung, mencari buku soal tentara. Sebenarnya waktu itu, tentara Inggris. Ya sudah, dilukis," ujarnya dikutip Antara.
ADVERTISEMENT
Kaleng Nissin yang menunjukkan perempuan-perempuan bersepeda pun adalah karya Bernardus yang lain. Bahkan, Bernardus mengaku bahwa ia berada di balik kebanyakan gambar produk-produk di swalayan Hero.
"Dulu produk Hero saya yang buat (lukisan di produknya). Banyak impor, lalu dikemas di sini. Nah, lukisan di kemasannya itu yang saya bikin. Sarden, tisu, minuman keras, apa yang ada di sana. Sekarang hanya tiga saja, Khong Ghuan, Nissin dan Monde," kata dia.
Soal ketiga produk biskuit yang masih menggunakan gambarnya, Bernardus tak merasa hal tersebut perlu dibanggakan.
“Karena pemiliknya sama. Buat apa diganti-ganti (gambarnya), itu saja sudah laku," candanya.
Saat ini, Bernardus sudah lima tahun tak melukis. Ia kini berkarir di bidang pengobatan prana, sebuah metode penyembuhan tanpa obat dan tanpa sentuhan. Ia mengaku tak mengobati sendiri, melainkan menjadi sosok yang mengajarkan ilmu pengobatan yang disebutnya ilmiah tersebut ke seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ditanya apakah ingin kembali melukis ke depannya, Bernardus mengaku sedikit tergoda.
“Sebetulnya kangen juga. Hanya sekarang ini, cat nya sudah pada kering. Jadi, kalaupun mau memulai harus membeli semuanya yang baru. Ada juga (keinginan kembali ke dunia menggambar) tetapi waktunya nggak ada sekarang ini,” pungkas laki-laki lulusan Seni Rupa ITB tersebut.