Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Penjelasan Ponpes di Depok soal Dugaan Pencabulan Santri Dilaporkan ke PMJ
30 Juni 2022 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Dugaan pencabulan yang dilakukan oknum guru di pondok pesantren yatim piatu di Depok menjadi perhatian semua pihak. Bahkan pengurus yayasan ponpes tersebut tidak menduga akan adanya peristiwa tersebut. Ponpes itu adalah Yayasan Istana Yatim Riyadhul Jannah di Beji, Depok.
ADVERTISEMENT
Pengasuh pondok pesantren (ponpes), Ahmad Riyadh Muchtar membenarkan yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya (PMJ) itu adalah guru di pesantrennya. Dia mengatakan, masalah yang terjadi di yayasannya telah masuk ke tahap penyelidikan Polda Metro Jaya.
Polisi sudah mendatangi ponpes dan menanyakan sejumlah hal terkait laporan yang diberikan kuasa hukum wali murid.
“Menanyakan beberapa hal dan beliau berpesan kami sedang memproses masalah ini, selebihnya bisa ditanyakan pada penyidik Polda Metro Jaya,” ujar Ahmad, Kamis (30/6).
Kedatangan tim penyidik Polda Metro Jaya menanyakan tentang laporan dari pihak pelapor. Pengasuh yayasan tidak mengetahui pasti kejadian karena pada saat itu sedang berada di Sumatera Barat. Dia tidak menyebut kapan penyidik datang ke ponpesnya.
ADVERTISEMENT
“Namun menurut berita laporan dari mereka bahwasanya ini sudah terjadi tindakan pelecehan seksual,” ucap Ahmad.
“Jadi kami sangat mendukung (penyelesaian kasus), tidak ada yang saya tutupkan,” ujar Ahmad.
Ahmad mengungkapkan, terdapat empat terlapor yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Tiga di antaranya guru namun bukan guru yang mengajarkan mengaji, sedangkan satu terlapor merupakan santri alias kakak kelas dari korban.
Kata Ahmad, dari tiga guru itu hanya satu yang masih berstatus sebagai guru di yayasannya. Dua lainnya itu hanya sebagai relawan saja.
“Tiga guru, ini yang satu masih berstatus guru dan dia baru saja tabrakan, jadi masih cuti sekitar dua bulan,” ungkap Ahmad.
Untuk dua orang yang hanya jadi relawan itu sudah tidak bekerja di yayasan. Ahmad mereka ini semacam relawan dan bertugas mengajar hadroh dan pramuka.
ADVERTISEMENT
“Selebihnya kalau masalah kasus ini bukan wewenang saya, jadi saya tidak bisa memberikan lebih dari yang saya tidak ketahui,” ucap Ahmad.
Ahmad menuturkan, berdasarkan laporan korban merupakan santri SD. Menurutnya atas pemberitaan tersebut menyisakan kesedihan pihak yayasan karena telah membangun istana yatim dengan jerih payah.
“Kalo fitnah itu terhadap diri saya pribadi, saya tidak terlalu pikirkan, tapi kalo fitnah terhadap lembaga, ini lain soal,” tutur Ahmad.
Yayasan itu dibangun selama 11 tahun namun merasa dihancurkan dengan berita dugaan pencabulan ini. Menurut dia, korban yang diduga mengalami pelecehan seksual ini adalah anak yatim. Nah, orang tua dari anak yatim itu melaporkan salah satu guru ke polisi.
“Total santri kita yang untuk santri SD itu 12 putri, kemudian 15 putra SD dan dua putra Paud, sedangkan santri yang diduga menjadi korban sebanyak lima orang merupakan santriwati,” kata Ahmad.
ADVERTISEMENT
Ahmad mengatakan, Ponpes menerapkan sistem pembelajaran boarding. Sejumlah standar operasional prosedur sudah dijalankan dengan baik, mulai dari penempatan pembimbing, pemisahan kamar santri putra dan putri, hingga pemasangan CCTV.
“Selama kami tidak ada muncul yang namanya permasalah yang diadukan,” kata Ahmad.
Ahmad mengungkapkan, pengurus yayasan belum berkomunikasi dengan kuasa hukum korban. Selain itu pihaknya akan mencari komunikasi dengan tiga orang terlapor karena kejadian tersebut menyangkut nama baik yayasannya
“Saya ingin membuktikan bahwa kita itu tidak menutupi kasus tersebut,” ungkap Ahmad.
Terkait dugaan kakak kelas ikut melakukan dugaan pencabulan, Ahmad menuturkan, terlapor merupakan siswa kelas 1 SMP yang berada di Bogor. Atas kejadian tersebut pihak yayasan akan melakukan evaluasi dan meningkatkan pengawasan.
ADVERTISEMENT
“Kami minta laporan secara bertahap setiap hari dan setiap minggu, ini juga sudah berjalan sekitar dua minggu, kita sudah melakukan sebelum ada info kejadian ini,” ujar Ahmad.