Penjelasan RS M Djamil Padang soal Perawatan Aldelia yang Tewas Terbakar

24 Mei 2024 19:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aldelia Rahma, siswi SD korban kejahilan teman sekelas dibakar, gizi buruk lalu meninggal. Foto: Dok. Keluarga
zoom-in-whitePerbesar
Aldelia Rahma, siswi SD korban kejahilan teman sekelas dibakar, gizi buruk lalu meninggal. Foto: Dok. Keluarga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang angkat suara soal kasus kematian Aldelia Rahma (11). Bocah ini meninggal dunia usai alami luka bakar akibat disiram bahan bakar oleh teman sekelasnya yang jahil saat disuruh bersih-bersih oleh gurunya.
ADVERTISEMENT
Keluarga menilai perawatan medis yang didapat Aldelia kurang maksimal dari rumah sakit. Hingga setelah berjuang sakit selama kurang lebih tiga bulan, Aldelia meninggal dunia pada Selasa (21/5).
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP M Djamil Padang, Bestari Jaka Budiman, mengatakan penangan medis telah dilakukan sesuai prosedur. Terkait adanya unsur kesalahan prosedur, akan dievaluasi.
“Semua sudah sesuai prosedur. Kesalahan prosedur, itu kami bicarakan. Akan evaluasi kalau ada kekurangan,” kata Bestari dalam video yang diterima kumparan, Jumat (24/5).
Keluarga memegang foto mendiang Aldelia di rumah duka, Jumat (24/5). Foto: Dok. Irwanda
Bestari menjelaskan Aldelia telah menjalani rawat inap sebanyak tiga kali selama lima minggu hingga menjalani operasi empat kali. Berbagai dokter spesialis terlibat, mulai dokter anak, ICU dan bedah plastik.
“Kemudian, karena kondisinya sudah tidak layak untuk dirawat, rumah sakit terinfeksi, sehingga berdasarkan perundingan dokter anak dan dokter bedah plastik boleh dipulangkan dengan catatan kontrol ke poliklinik dan diajarkan cara merawat luka, pola makan, dan lainnya,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kata Bestari, dalam rawat jalan itu terjadi penurun kondisi Aldelia di kampung halamannya. Keluarga membawanya ke IGD dalam kondisi muntah-muntah.
“Cukup berat. Dirawat di PICU anak, pindah ke HCU dan rawat kronis. Kondisi membaik, dilakukan bedah plastik 19 April. Sepekan di bedah plastik, luka tumbuh baik, tinggal menunggu sehingga perawatan cukup di poliklinik saja,” imbuhnya.
“Makan sudah bisa. Penyembuhan luka dalam proses,” kata dia.
Lokasi pembakaran sampah tempat kejadian Aldelia terbakar, Jumat (24/5). Foto: Irwanda

Luka Bakar 31 Persen

Bestari menyebutkan Aldelia mengalami luka bakar 31 persen. Sementara versi keluarga 80 persen.
“Luka bakar 31 persen ini cukup berat bagi anak,” ucapnya.
Lalu, 25 April Aldelia dipulangkan dan menjalani rawat jalan dan menjalani kontrol ke Poliklinik. Kontrol terlahir 19 Mei, kondisi Aldelia cukup berat.
ADVERTISEMENT
“Pasien langsung dirawat. Terjadi memang perburukan, demam, kulitnya berubah warna, saat itu keluarga diberi tahu, kondisinya memburuk, sama-sama berdoa, usaha dilakukan bisa kondisinya membaik. Pada 21 Mei, 15.30, pasien berpulang,” jelasnya.

Tingkat Infeksi Membuat Kondisi Semakin Lembah

Sementara itu, dokter spesialis bedah plastik RSUP M Djamil Padang, dr Deddy Saputra, mengakui Aldelia dari awal kondisinya terancam luka sangat luas. Lukanya mudah kontaminasi kuman.
“Tingkat infeksinya membuat kondisi pasien tambah lama tambah lemah. Kami sudah antisipasi. Dokter spesialis anak, bidang infeksi berikan obat terbaik bagi anak. Masalah utama, parah. Infeksi buat pasien tambah lama tambah lemah,” kata Deddy.
“Perawatan tidak hanya bedah plastik. Agak salah juga katakan luka bakar ini baik-baik saja. Perawatan banyak. Kedua, pasien anak kecil, kebutuhan gizinya besar dibanding orang dewasa,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Deddy menegaskan Aldelia diperbolehkan pulang karena kondisi lukanya mulai membaik.
“Dipulangkan 5 pekan perawatan, itu nilai evaluasi. Kondisi luka membaik maka boleh pulang. Tinggal menunggu penyembuhan saja, bisa dilakukan rawat jalan ke poliklinik. Kaki berikan edukasi ke keluarga,” pungkasnya.