Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Pentagon: Serangan Darat Israel di Lebanon Belum Akan Terjadi, AS Tak Terlibat
26 September 2024 11:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Pentagon, markas besar Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, mengatakan operasi darat Israel di Lebanon tak tampak mendesak dan belum akan terjadi segera. Mereka juga menepis tuduhan keterlibatan negaranya dalam operasi serangan Israel ke Lebanon.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan deputi juru bicara Pentagon Sabrina Singh pada Rabu (25/9), usai kepala militer Israel menyatakan pihaknya tengah mempersiapkan serangan darat terhadap parpol berideologi Syiah, Hizbullah.
"Saya yakin konteksnya adalah dalam hal serangan darat sepertinya tidak akan terjadi sesuatu yang mendesak. Tapi tanyakan ke Israel tentang operasi mereka sendiri," kata Singh kepada wartawan, seperti dikutip dari AFP.
Menurutnya, AS tidak ingin melihat tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut di kawasan itu.
"Kami masih yakin bahwa masih ada waktu dan ruang untuk diplomasi. Kami ingin melihat adanya resolusi diplomatik dan suatu penyelesaian untuk mencegah perang habis-habisan," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Singh juga mengatakan AS tidak mendukung operasi Israel di Lebanon, termasuk soal dukungan intelijen.
ADVERTISEMENT
"Jika menyangkut Lebanon, militer AS tidak terlibat dalam operasi Israel," tegasnya, seperti dikutip dari Anadolu.
Namun, Singh mengkonfirmasi bahwa AS mengirim sejumlah kecil personel militer tambahan ke kawasan tersebut.
"Saya tidak dapat mengkonfirmasi jumlahnya. Saya tidak bisa memberi tahu lebih spesifik," tambahnya.
Israel menggempur Lebanon dengan ratusan serangan dalam beberapa hari terakhir. Serangan udaranya pada Senin (23/9) lalu menewaskan sedikitnya 558 orang. Hari tersebut menjadi hari paling mematikan sejak perang saudara Lebanon 1975-1990.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji operasi militer negaranya tak akan berhenti sampai penduduk Israel utara yang mengungsi akibat Hizbullah dapat kembali ke rumah mereka dengan aman.