Penyakit Jantung di RI: Ancaman Kematian Nomor 1, Paling Banyak Serang PNS

18 Februari 2020 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Penanganan Pengaduan Peserta Rumah Sakit (P3RS) melayani pasien peserta BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, Kamis (19/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Penanganan Pengaduan Peserta Rumah Sakit (P3RS) melayani pasien peserta BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, Kamis (19/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Bunga Citra Lestari (BCL) dirundung duka atas kematian suaminya, Ashraf Sinclair, pada Selasa (18/2). Serangan jantung menjadi sebab kematian pria yang menutup umur pada usia 40 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Serangan jantung merupakan suatu kondisi ketika aliran darah ke jantung tersumbat. Umumnya, ini disebabkan oleh penyakit jantung koroner akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Gejala klinis penyakit jantung ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman di dada. Dada juga terasa tertekan berat ketika sedang melakukan aktivitas seperti berjalan terburu-buru pada jalan datar atau mendaki.
Penyakit jantung koroner menjadi ancaman yang mematikan di Indonesia. kumparan telah merangkum sejumlah statistik tentang penyakit jantung di Indonesia dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Apa saja?

Ancaman Nomor 1 Penyebab Kematian

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016, total kematian di Indonesia mencapai 1.863.000 jiwa. Sebanyak 73 persen di antaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular.
ADVERTISEMENT
Adapun penyakit tidak menular jantung koroner menjadi penyebab kematian nomor 1 sebanyak 35 persen. Menyusul setelahnya ada penyakit menular serta penyakit ibu dan anak (21%) dan penyakit tak menular lainnya (15%).

Rentan Serang Usia Tua

Prevalensi penyakit jantung tertinggi didominasi oleh manula berusia 75 tahun ke atas yakni 4,7 persen. Namun bukan berarti usia muda bebas dari ancaman penyakit jantung.
Melihat data Riskesdas 2018, angka prevalensi penyakit jantung di Indonesia sudah dimulai sejak umur kurang dari 1 tahun dan tersebar di semua kelompok umur. Semakin tinggi usia seseorang, maka risiko terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
Tak heran, dalam situs resminya, Kemenkes menjelaskan bahwa usia menjadi salah faktor pemicu serangan jantung. Faktor lainnya mencakup riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes, hipertensi hingga stres.
ADVERTISEMENT

Paling Rawan Serang PNS dan Pegawai Pemerintah Lainnya

PNS dan pegawai pemerintahan lainnya di jajaran TNI dan Polri hingga BUMN/BUMD mesti waspada. Sebab profesi ini paling banyak terkena penyakit jantung dengan prevalensi 2,7 persen.
Risiko paling sedikit terkena serangan jantung ada pada para pelajar. Mereka yang masih sekolah memiliki prevalensi penyakit jantung paling rendah yakni 0,6 persen.

Bikin Biaya BPJS Tekor Tiap Tahun

Kemenkes menyebut penyakit jantung bisa menyebabkan kerugian ekonomi negara. Penyakit ini menjadi penyakit yang paling membebani pembiayaan asuransi BPJS Kesehatan dibanding penyakit lainnya.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, ada peningkatan dana pembiayaan untuk penyakit jantung. Dari Rp 4,4 triliun pada 2014 hingga Rp 9,3 triliun pada 2018. Kemenkes melihat seharusnya beban pembiayaan ini dapat dikendalikan dengan mengendalikan faktor risiko.
ADVERTISEMENT
Faktor risiko itu dapat diturunkan di antaranya dengan membuat janji sederhana untuk mengubah pola hidup. Menurut Kemenkes, berbagai upaya kecil bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung.
''Contohnya cek kesehatan berkala, tidak merokok, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres dengan baik,'' ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr. Cut Putri Arianie sebagaimana dilansir situs resmi Kemenkes (26/10/2019).